Jumat 28 Sep 2012 07:15 WIB

Putin: Barat Sebabkan Kekacauan di Suriah

Vladimir Putin
Foto: Misha Japaridze/AP
Vladimir Putin

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW-- Kebijakan negara Barat  dituding Presiden Rusia, Vladimir Putin, Kamis (27/9)  telah menciptakan kekacauan di Suriah.  "Yang utama ialah mitra kita tak bisa berhenti. Mereka sudah menciptakan suasana kacau di banyak negara dan sekarang melanjutkan kebijakan yang sama di negara lain, termasuk Suriah," kata Putin dalam pertemuan dengan warga lokal di Wilayah Ryazan, Rusia tengah.

Presiden itu mengatakan sikap Rusia mengenai pembangunan di Timur Tengah ialah memfasilitasi perubahan menuju kondisi yang lebih baik di semua negara itu. "Tapi bukan memaksakan apa yang kami pikir benar terutama dengan kekerasan dan mengendalikan peristiwa dalam negeri," ujar Putin

"Kami telah memperingatkan tentang perlunya bertindak secara hati-hati, guna menghindari kekacauan. Namun apa yang kita saksikan sekarang? Situasi kelihatan sangat kacau" kata Putin sebagaimana dikutip Xinhua.

Masalah Suriah telah menjadi topik pembahasan panas dalam debat tahunan ke-67, yang sedang berlangsung dalam Sidang Majelis Umum PBB di New York, Amerika Serikat.

Rusia telah menyatakan kembali negara tersebut tak melihat pilihan bagi penyelesaian politik untuk krisis 18 bulan di Suriah.

Amerika Serikat, sekutunya di Eropa, Turki dan negara Teluk mendukung oposisi Suriah sementara Iran, Rusia dan China mendukung pemerintah Presiden Bashar al-Assad, yang keluarga dan kelompok minoritas Alawi menguasai negara Arab itu selama 42 tahun.

Dalam Sidang Majels Umum PBB di New York, Presiden Prancis Francis Hollande menggugah kelemahan internasional menyangkut krisis Suriah. Ia menyerukan perlindungan PBB buat semua daerah yang dikuasai gerilyawan untuk membantu menghentikan pertumpahan darah dan pelanggaran hak asasi manusia.

Kondisi kemanusiaan memburuk sementara aksi kekerasan meluas. Ketua Bulan Sabit Merah Arab Suriah, yang merupakan satu-satuna kelompok kemanusiaan di lapangan dalam konflik 18 bulan itu, mengatakan pihaknya sangat membutuhkan pasokan bantuan.

Pada Selasa (25/9), kelompok oposisi Suriah meledakkan bom di sebuah gedung yang diduduki milisi pro-pemerintah di Ibu Kota Suriah, Damaskus. Para pegiat mengatakan lebih dari 27.000 orang tewas dalam perlawanan 18 bulan terhadap Bashar.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement