REPUBLIKA.CO.ID, PBB - Iran berjanji untuk "membalas" setiap serangan asing setelah Perdana Menteri Israel menyerukan "garis merah" dalam rangka mencegah Republik Islam itu memiliki bom nuklir.
Menyangkal adanya sejumlah program militer nuklir, Wakil Duta Besar Iran di PBB, Kamis (28/9) mengatakan negaranya "cukup kuat untuk mempertahankan diri dan memiliki hak penuh untuk membalas dengan kekuatan penuh terhadap sejumlah serangan."
Utusan Iran itu, Eshagh al-Habib, menyebut Israel sebagai "rezim yang berdasarkan pada terorisme dan merupakan bapak pendiri negara terorisme di dunia," dalam komentar yang disampaikannya sebelum dibacakan di Sidang Umum PBB.
Al-Habib menuduh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu membuat "tuduhan yang tidak berdasar" terhadap Iran selama pidato ke Sidang Umum tersebut pada hari sebelumnya. Netanyahu menyerukan "garis merah yang jelas terhadap program senjata nuklir Iran" dalam pidatonya di hadapan 193 anggota sidang.
"Garis merah harus diputuskan atas program pengayaan nuklir Iran karena fasilitas pengayaan tersebut merupakan satu-satunya instalasi nuklir yang tentunya bisa kita lihat dan targetkan," katanya dalam pidato yang menuduh Iran mendukung terorisme di seluruh dunia.
Habib mengatakan bahwa Netanyahu "tanpa malu-malu dan munafik" telah membuat tuduhan terhadap Iran, menambahkan bahwa Israel adalah kekuatan nuklir yang tidak dianggap.
Utusan Iran itu juga menuduh Israel mengatur operasi di Iran, yang menyebabkan pembunuhan terhadap sejumlah ilmuwan nuklir. "Masyarakat Internasional harus hidup sampai tanggung jawabnya dan mengerahkan tekanan atas rezim ini untuk mengakhiri semua tindakan tidak bertanggung jawab di wilayah yang rentan seperti Timur Tengah tersebut," kata Habib.