REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Rusia Vladimir Putin akan membahas masa depan pangkalan militer Rusia di Tajikistan selama pembicaraan dengan Presiden Tajikistan Emomali Rahmonov di Dushanbe pada Jumat, kata pembantu Putin, Yury Ushakov.
Putin tiba Kamis malam dalam rangka kunjungan resmi ke Tajikistan. Agenda kunjungan berfokus pada kerja sama bilateral di bidang migrasi ekonomi, perdagangan, industri, listrik, keamanan dan tenaga kerja.
Sebagai bagian dari agenda, kedua presiden diharapkan untuk mengunjungi garnisun pangkalan militer ke-201 Rusia di dekat Dushanbe. Pangkalan ini dibuka pada tahun 2004 dan menjadi tempat kontingen terbesar militer Rusia yang dikerahkan di luar negeri.
Pembicaraan mengenai perpanjangan sewa pangkalan, yang berakhir pada tahun 2014, menemui kebuntuan pada awal tahun ini saat kedua pihak tidak bisa setuju mengenai jangka panjang sewa baru dan persyaratan pembayaran.
Deputi Pertama Perdana Menteri Rusia Igor Shuvalov mengatakan pada September bahwa kedua pihak sudah "sangat dekat dengan penandatanganan perjanjian perpanjangan sewa, namun keputusan akhir harus dibuat oleh presiden karena tanpa campur tangan politik mereka masalah ini tidak akan dapat diselesaikan."
Sebanyak 7.000 tentara Rusia ditempatkan di tiga garnisun militer yang dikenal sebagai pangkalan militer 201 - di Dushanbe, kota barat daya Qurgonteppa sekitar 100 kilometer dari Dushanbe, dan Kulob, sekitar 200 kilometer di baratdaya ibu kota.
Moskow berencana untuk memperpanjang sewa pangkalan selama 49 tahun, namun Dushanbe mengusulkan untuk memotong perpanjangan sampai 10 tahun. Otoritas Tajikistan juga menuntut agar Rusia membayar sedikitnya 250 juta dolar AS per tahun untuk sewa.
Berdasarkan perjanjian saat ini Rusia tidak membayar kepada Tajikistan untuk pangkalan militer, namun memberikan bantuan militer dan teknis kepada negara itu.