REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Qatar, pendukung utama gerilyawan Suriah, Ahad (7/10), mendesak mereka agar tidak membunuh warganegara Iran yang ditangkap dua bulan lalu di dekat Ibu Kota Suriah, Damaskus, setelah para penculik mereka mengancam akan mulai membunuh 48 sandera mereka.
Perdana Menteri Qatar Sheikh Hamad bin Jasim Ath-Thani menyampaikan seruan tersebut setelah satu permintaan dari Iran, sekutu Presiden Suriah Bashar al-Assad, untuk menjamin pembebasan para sandera itu.
Gerilyawan Suriah, Brigade al-Baraa, Kamis (4/10), menyatakan akan mulai membunuh warganegara Iran jika Bashar, yang menghadapi perlawanan selama 19 bulan, tidak membebaskan tahanan oposisi Suriah dan menghentikan pemboman daerah sipil.
Satu pernyataan di laman Facebook Brigade tersebut, Ahad, menyatakan gerilyawan telah memperpanjang tenggatnya selama 24 jam lagi atas permintaan para penengah. Gerilyawan menyatakan sandera adalah "anggota Pengawal Revolusi Iran". Teheran menyatakan mereka adalah peziarah yang mengunjungi tempat suci.
"Sebagai kebijakan umum di Negara Qatar, kami tak menerima pembunuhan tahanan," kata Sheikh Hamad kepada stasiun televisi Al Jazeera, sebagaimana dikutip Reuters.
"Kami juga tak menerima peningkatan lebih lanjut situasi di Suriah. Kami setuju semua pihak memiliki tuntutan mereka, tapi prinsip dasar adalah tidak membunuh tahanan."
Brigade al-Baraa, yang mulanya mengancam akan mebunuh warganegara Iran tersebut setelah menangkap mereka pada awal Agustus, mengatakan di dalam satu video yang disiarkan pada Kamis bahwa perundingan mengenai nasib mereka "gagal akibat penghianatan rejim Iran dan Suriah".
"Kami memberi rejim Iran dan Suriah waktu 48 jam untuk membebaskan tahanan, berhenti membom warga sipil yang tak bersenjata dan pembunuhan warga tak berdosa secara membabi-buat atau kami akan membunuh satu tahanan Iran untuk setiap syahid," kata seorang gerilyawan yang mengenakan seragam.