REPUBLIKA.CO.ID, LOS ANGELES -- Jurnalis investigatif vokal dan mantan koresponden CNN, Amber Lyon menyuarakan kekhawatirannya terkait propaganda Amerika serikat (AS). Dikatakan dia, melalui fitnah yang luas dan berkesinambungan terhadap Iran, media AS menekan rakyat AS untuk menyetujui potensi konflik dengan Republik Islam.
"Publik Amerika Serikat terus-menerus dibanjiri dengan laporan yang mengutuk Iran ... hal itu dilakukan di seluruh saluran berita, di koran, blog, dan di outlet jurnalistik," kata Lyon dari Los Angeles, Senin (8/10) dalam sebuah wawancara eksklusif dengan Press TV.
"... Beberapa wartawan dan para ahli yang berbicara pada saya merasa, bahwa kita ini sedang dipimpin menuju konflik-potensial, Anda tahu, bukan Irak tapi Iran dan masyarakat diberi kue propaganda mengutuk Iran terus menerus, dan Anda melihat kisah-kisah lainnya seperti Bahrain yang ditutup-tutupi dan menjadikannya sebagai bagian dari kita khawatir. Masyarakat sedang termakan propaganda ini untuk menyetujui konflik lain dengan Iran, "tutur Lyon.
"... Dan kemudian Anda tidak melihat cakupan yang sama yang diberikan terhadap pelanggaran hak asasi manusia yang mengerikan yang terjadi di Bahrain dan Arab Saudi," ujarnya lagi.
Pada akhir Maret 2011, Lyon adalah jurnalis pemenang penghargaan yang dikirim ke Bahrain, Teluk Persia, untuk membuat sebuah film dokumenter berdurasi satu jam -- yang menggambarkan pentingnya media sosial dan teknologi di musim semi Arab.
Film dokumenter itu meliput kebrutalan dan agresi yang dilancarkan pasukan Bahrain yang didukung rezim Arab Saudi terhadap demonstran damai. Film itu juga ditayangkan di AS, tetapi untuk siaran CNN International kemungkinan akan ditahan.