Rabu 10 Oct 2012 04:17 WIB

Kongres AS Minta FBI Investigasi Huawei

Logo Huawei
Logo Huawei

REPUBLIKA.CO.ID, Sebuah komisi di Kongres Amerika Serikat (AS) mengatakan akan meminta FBI untuk menginvestigasi sebuah laporan yang menatakan perusahaan Cina, Huawei, melakukan korupsi dan suap untuk memperoleh kontrak di AS.

Huawei adalah satu dari dua pabrik peralatan telekomunikasi Cina yang oleh komisi intelijen DPR Amerika direkomendasikan untuk dilarang masuk ke pasar Amerika karena produk-produknya dapat digunakan dalam spionase.

Seperti dilaporkan ABC, Selasa (9/10), laporan komisi tersebut menyusul investigasi selama 11 bulan terhadap Huawei Technologies Co Ltd dan saingannya yang lebih kecil, ZTE Corp.

Kedua perusahaan itu selama ini berusaha melawan kecurigaan Kongres Amerika dan memperluas bisnis mereka di Amerika Serikat, setelah menjadi pemain utama dalam pasar dunia.

Sebelumnya tahun ini, Huawei, yang sudah berada di Australia sejak 2004, diblokir dari proses tender untuk Jaringan Broadband Nasional karena alasan keamanan nasional.

Kekhawatiran Komisi Kongres Amerika tadi jelas akan meredupkan masa depan kedua perusahaan itu di Amerika dan mungkin juga akan menimbulkan ketegangan baru dalam hubungan perdagangan AS-Cina.

Ketua Komisi, Mike Rogers, mengatakan, perusahaan-perusahaan yang menggunakan peralatan Huawei melaporkan "sejumlah tudingan", antara lain pengiriman data ke Cina pada malam hari.

Mike Rogers, seorang mantan agen FBI, mengatakan, kekhawatiran pihaknya ditambah lagi dengan apa yang dilukiskannya sebagai tidak adanya kerja sama dari pihak perusahaan dalam investigasi.

Komisi merekomendasikan agar Komisi Investasi Asing di Amerika Serikat, yang mengevaluasi risiko keamanan nasional dari investasi asing, sebaiknya memblokir deal yang menyangkit Huawei atau ZTE.

Sementara itu, pabrik peralatan networking, Cisco Systems, telah mengakhiri kemitraan yang sudah lama dengan ZTE menyusul investigasi internal atas tuduhan bahwa perusahaan tersebut menjual produk Cisco ke Iran.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement