Rabu 10 Oct 2012 04:00 WIB

Libya Berkeras Adili Saif al-Islam

Rep: Devi Anggraini Oktavika/ Red: Hazliansyah
Saif Al Islam Gaddafi
Foto: AP
Saif Al Islam Gaddafi

REPUBLIKA.CO.ID, DEN HAAG -- Libya berkeras untuk mengadili putra mantan diktator Muammar Qadafi, Saif al-Islam. Bagi Libya, mengadili Saif al-Islam di "rumahnya" menjadi kesempatan unik bagi rekonsiliasi nasional.

Hal itu disampaikan pengacara Libya Ahmedal-Jehani pada awal sidang dua hari penentuan tempat persidangan Saif di Mahkamah Pidana Internasional (ICC), Selasa (9/10) yang mengagendakan penentuan lokasi Saif akan diadili. 

Al-Jehani mengatakan, pengadilan Libya memenuhi standar internasional tentang keadilan akan menjadi kesempatan unik bagi rekonsiliasi nasional Libya. Sebaliknya, menurutal-Jehani, penghakiman yang terburu-buru oleh ICC akan membuat prinsip komplementaris tidak berarti.

Saif dibebani tuduhan kejahatan kemanusiaan atas perbedaan pendapat yang menentang pemerintahan ayahnya. Otoritas Libya yang menangkap Saif tahun lalu bersikeras bahwa aturan pengadilan internasional memungkinkan mereka untuk mengadili Saif.

Menurut pengamat, di mana Saif akan diadili tidak saja menjadi masalah kepentingan nasional bagi penguasa baru Libya, melainkan juga menjadi konsekuensi besar bagi Saif sendiri. Jika dihakimi dan dihukum di Den Haag, ia bisa menghadapi hukuman maksimal seumur hidup.Sedangkan jika di Libya, ia bisa menghadapi hukuman mati.

Jaksa di Den Haag yang mendakwa Saifal-Islam tahun lalu kini juga percaya Libya harus diberi kesempatan untuk mengadilinya.

Pengacara penuntutan, Sara Criscitelli mengatakan kepada hakim pihaknya yakin Libya tertarik mengusut kejahatan Saif.

Sementara itu, pengacara untuk Saif yang ditunjuk pengadilan telah meragukan apakah sistem hukum Libya yang baru dibentuk pasca runtuhnya kediktatoran Qadafi mampu memberikan pengadilan yang adil bagi Saif.

"Saya tidak takut mati tetapi jika Anda menghukum mati saya dengan pengadilan tersebut (di Libya), Anda harus menyebutnya pembunuhan," kata Saif seperti pernah dikutip sebelumnya.

Libya sendiri tetap berada dalam gejolak hampir setahun setelah penggulingan Qadafi. Milisi bersenjata masih menjadi ancaman serius bagi keamanan di negara itu. Saif sendiri ditahan oleh milisi di Kota Zintan.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement