REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Nuklir Iran masih menjadi tema utama beberapa negara seperti Amerika Serikat (AS), Rusia, Inggris, Prancis, Jerman, dan Cina. Pembicaraannya pun terbilang tidak pernah lancar.
Namun, posisi politik Indonesia, seperti yang disampaikan Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa adalah senantiasa mendukung penyelesaian melalui dialog secara damai dengan upaya-upaya diplomatik.
"Indonesia mendukung hak setiap negara terkait penggunaan energi nuklir untuk tujuan damai. Namun, Indonesia juga menekankan Iran perlu menghormati komitmen atas nonproliferasi senjata nuklir," ujar Menlu dalam Rapat Kerja dengan Komisi I DPR di Jakarta, Rabu (10/10).
Menurut Menlu, kerja sama Iran dengan masyarakat internasional melalui kerangka 'International Atomic Energy Agency' (IAEA) penting dilakukan, khususnya mengenai isu transparansi, untuk mencegah masalah Iran dibawa ke PBB.
"Indonesia senantiasa mendorong, baik Iran maupun negara-negara kunci yang menjadi anggota tetap Dewan Keamanan PBB, untuk terus melakukan dialog nuklir secara damai, sebab isu nuklir Iran lebih bersifat teknis sesuai laporan IAEA. Oleh karena itu juga, IAEA merupakan forum yang tepat untuk dilakukannya pembahasan masalah nuklir Iran," paparnya.
Dia mengatakan dengan terciptanya dialog dalam kerangka IAEA tersebut, diharapkan akan tercipta 'confidence building measure' antara negara-negara kunci dan Iran, sehingga dapat menghasilkan solusi berkelanjutan.
Sebelumnya, negara barat menuduh Iran mengembangkan senjata nuklir dengan kedok program nuklir sipil. Iran menolak klaim itu dan menekankan bahwa sifat pembangunan program nuklirnya adalah untuk keperluan damai.