Jumat 12 Oct 2012 08:15 WIB

Wow... Pandangan Warga AS Lebih Positif terhadap Timur Tengah

Seorang petugas Libya memeriksa lokasi ledakan di Konsulat Amerika Serikat (AS) di Banghazi, Libya, 13 September silam. Kekerasan itu menewaskan empat warga AS termasuk Dubes Chris Steven. Namun, mayoritas warga AS ternyata tetap yakin bahwa kekerasan ini hanyalah ulah segelintir orang dan tidak mewakili mayoritas populasi. (dokumen)
Foto: AP/Mohammad Hannon
Seorang petugas Libya memeriksa lokasi ledakan di Konsulat Amerika Serikat (AS) di Banghazi, Libya, 13 September silam. Kekerasan itu menewaskan empat warga AS termasuk Dubes Chris Steven. Namun, mayoritas warga AS ternyata tetap yakin bahwa kekerasan ini hanyalah ulah segelintir orang dan tidak mewakili mayoritas populasi. (dokumen)

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON, DC – Citra Timur Tengah di mata warga AS ternyata makin positif, meski kedutaan besar Amerika Serikat (AS) di Libya dan Mesir diserang. Tak main-main, kesimpulan menarik ini ditarik dari hasil jajak pendapat teranyar yang digelar University of Maryland, demikian dikutip laman Antiwar pada Kamis. 

Serangan di kedua kedubes AS di Timur Tengah memang mengejutkan dan menakutkan di mata warga AS. Namun, mayoritas dari mereka ternyata tetap percaya bahwa kekerasan itu adalah ulah segelintir ekstremis dan bukan mewakili mayoritas populasi.

Jajak pendapat itu digelar untuk mengetahui bagaimana opini public terhadap Arab dan Islam setelah terjadiya serangan di kedubes mereka di Libya dan Mesir. Hasil jajak pendapat itu dipublikasikan dalam acara Brookings Institute, yang dikenal sebagai lembaga think tank bergengsi di Washington, DC, Senin lalu.

Serangan di kedua kedubes AS itu sendiri bertepatan dengan dirilisnya video yang menghina Islam, Innocence of Muslims. Ketegangan yang terjadi mengakibatkan munculnya pertanyaan seputar kebijakan luar negeri AS terhadap Timur Tengah serta citra Arab dan Islam di mata publik AS. Tujuan jajak pendapat ini adalah untuk mereka-reka apakah masyarakat AS menghendaki perubahan kebijakan terhadap Timur Tengah.

Meski demikian, mereka tetap mengritik keamanan di kedua negara tersebut. Kritik terhadap Libya datang dari 75 persen responden dan 54 persen responden juga mengritik Mesir. Mereka menilai, pemerintahan kedua negara itu kurang beritikad kuat untuk melindungi keamanan staf diplomatik AS. 

Laporan ini juga menunjukkan bahwa 74 persen responden tidak setuju dengan bantuan keuangan AS terhadap Mesir. Alasannya, sudah seharusnya AS lebih memikirkan kondisi ekonominya sendiri. Namun, mereka pun menilai, bukan berarti bantuan itu harus dihentikan sama sekali.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement