Jumat 12 Oct 2012 15:19 WIB

Indonesia Kirim 50 Ribu Sarung ke Myanmar

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Hafidz Muftisany
Ketua Umum PMI, Jusuf Kalla (kanan), didampingi Pengurus Bidang Penanggulangan Bencana PMI, Letjen TNI (Purn) Sumarsono (kedua kanan), memeriksa bantuan kemanusiaan untuk korban konflik Rohingya di bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur, Sabtu (25/8).
Foto: Antara/Saptono
Ketua Umum PMI, Jusuf Kalla (kanan), didampingi Pengurus Bidang Penanggulangan Bencana PMI, Letjen TNI (Purn) Sumarsono (kedua kanan), memeriksa bantuan kemanusiaan untuk korban konflik Rohingya di bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur, Sabtu (25/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebanyak 50 ribu sarung untuk pengungsi Myanmar diberangkatkan. Bantuan ini merupakan hasil donasi yang telah diterima Palang Merah Indonesia (PMI) dari pembaca Harian Republika dan Lembaga Taruna Merah Putih.

Total nilai bantuan ini sebesar Rp 750 juta. Bantuan ini diberangkatkan via jalan darat dari Gudang Regional PMI di Serang Banten menuju Pelabuhan Tanjung Priok. Selanjutnya, sarung-sarung ini akan dibawa melalui kapal laut menuju Singapura dan menuju Yangoon Myanmar.

Di Yangoon, bantuan akan diterima oleh pihak Palang Merah Myanmar untuk dibawa ke Sitwee di Rakhine State. Diperkirakan sarung-sarung tersebut baru sampai di Myanmar pada 28 Oktober mendatang.

"Bantuan ini merupakan rangkaian operasi kemanusiaan PMI ke Myanmar yang telah dimulai sejak Agustus lalu," ucap Sekretaris Jenderal PMI, Budi A. Adiputro, di Gudang Regional PMI, Serang, Banten, Jumat (12/10).

Sarung sendiri dinilai sebagai lambang ikatan moral antara Indonesia dengan Myanmar. Tak dipungkiri, kedua negara ini sangat akrab dengan sarung. Budi menyebut, di Myanmar, mulai dari rakyat jelata hingga Presiden gemar mengenakan sarung.

Bedanya, ukuran sarung Indonesia lebih lebar daripada sarung Myanmar. Namun justru, hal tersebut yang membuat masyarakat Myanmar menyukai sarung Indonesia. "Inilah yang dikatakan diplomasi sarung, melalui persamaan ini kami mencoba menginisiasi dunia bahwa konflik di Myanmar sebenarnya adalah konflik etnis bukan konflik agama," ucapnya.

Budi mengatakan bantuan ini nantinya akan diberikan secara netral. "Tak peduli muslim atau Budha karena mereka sama-sama membutuhkan," katanya. Pemberian sarung-sarung ini masih termasuk dalam kategori bantuan darurat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement