REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Jet tempur F16 milik angkatan udara Turki menggiring pesawat sipil Suriah, dan memaksanya mendarat di Bandara Internasional Esenboga, di Ankara.
Pesawat jenis Airbush A320 itu, berangkat dari Bandara Internasional Vnukova, Moskow, dengan tujuan Suriah. Pesawat bermanisfes 35 penumpang itu dicegat dua jet tempur saat berada di kawasan Laut Hitam.
Turki mencurigai pesawat itu membawa persenjataan berat dan perlengkapan perang untuk loyalis Presiden Suriah, Bashar al-Assad. Aksi tersebut menyudutkan Rusia, sehingga membuat ketegangan baru antara Ankara dan negara sekutu Presiden Assad tersebut. (baca: AS: Rusia Alami Kebangkrutan Moral).
Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov mengatakan tidak ada yang terlarang dalam pesawat itu. Kata dia, kargo tersebut hanya berisikan perlengkapan elektronik untuk radar.
Lavrov menyebut, pengiriman peralatan tersebut tidak bertentangan dengan hukum internasional. Karena insiden itu, pihaknya akan menuntut penjelasan dan meminta Turki mengembalikan peralatan tersebut.
"Kami tidak mempunyai rahasia. Tentu saja tidak ada senjata dalam kargo tersebut,'' terang Lavrov.
BBC News melakorpam Sekjen PBB, Ban Ki-moon meminta agar utusan PBB dan Liga Arab untuk Suriah, Lakhdar Brahmini mengunjungi Turki disela-sela perjumpaannya dengan pemimpin Liga Arab. Ban meminta agar Brahmini membicarakan persoalan baru diperbatasan Turki-Suriah.
Brahmini rencananya akan bertemu Menlu Turki di Ankara hari ini, Sabtu (13/10). Pertemuan itu untuk mendengarkan perspektif baru guna menghentikan ketegangan kedua negara.