REPUBLIKA.CO.ID, KUWAIT CITY –- Indonesia berusaha meningkatkan kerja sama perdagangan maupun investasi dengan Kuwait. Saat ini, neraca perdagangan antara Indonesia dan Kuwait masih defisit. Pada 2011 lalu, volume perdagangan Indonesia dan Kuwait mencapai 1,28 miliar dolar AS.
Dua besar Indonesia untuk Kuwait, Ferry Adamhar, menyatakan jumlah impor Indonesia dari Kuwait lebih besar daripada ekspor Indonesia ke negara tersebut. “Ini karena kita impor cukup banyak minyak dari Kuwait,” katanya, Senin (15/10).
Dia berharap, ke depan porsi ekspor Indonesia bisa ditingkatkan. “Sekarang sebenarnya kecenderungan kespor Indonesia ke Kuwait sudah semakin bertambah."
Pada 2011 kemarin, pertumbuhan ekspor Indonesia mencapai 33,7 persen,” katanya. Sementara secara total perdagangan Indonesia dan Kuwait mencapai 1,28 miliar dolar AS pada tahun lalu. Angka ini sebenarnya masih kecil ketimbang volume perdaganngan Indonesia dengan negara lainnya di kawasan Timur Tengah. “Masih kalah dengan perdagangan Indonesia dengan Arab Saudi atau Dubai,” katanya.
Oleh karena itu, untuk meningkatkan volume perdagangan, pemerintah Indonesia berusaha melakukan pendekatan dengan pengusaha-pengusaha kaya di Kuwait. “Kami menjajakan produk-produk Indonesia ke setiap open house yang diadakan oleh orang-orang kaya di Kuwait setiap minggunya,” katanya.
Selain itu, Indonesia mengikuti setiap pameran kebudayaan yang dilaksanakan oleh pemerintah Kuwait. “Supaya mereka lebih kenal bahwa Indonesia punya banyak potensi. Tidak hanya di sumbetr daya alam namun juga sumber daya manusianya,” katanya.
Langkah ini dinilai cukup berhasil dengan adanya keinginan sejumlah pengusaha ritel di Kuwait untuk memperdagangkan barang produksi Indonesia. “Saat ini salah satu perusahaan ritel terbesar di Kuwait, yaitu Sultan Centre sudah menyatakan minatnya agar Indonesia memasok barang-barang, seperti furniture dan makanan ke pusat perbelanjaan yang mereka miliki,” katanya.
Selain itu, pengusaha ritel besar lainnya, Al-Shaya juga memiliki ketertarikan dan pendekatan terus dilakukan. Al-Shaya memiliki hak dagang 51 merek terkenal dan tidak hanya dipasarkan di Kuwait, namun juga di negara Timur Tengah lainnya, hingga Eropa. “Jadi kerja sama dengan mereka sangat penting,” katanya.