Rabu 17 Oct 2012 02:02 WIB

AS: Hizbullah Bagian dari Mesin Pembunuh Assad

Hassan Nasrallah, pemimpin Hizbullah Libanon
Foto: ABC
Hassan Nasrallah, pemimpin Hizbullah Libanon

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Operasi, yang bernama Hussein Ayub (mantan komandan angkatan udara Hizbullah yang menjadi martir pada  1996), berhasil menembus ratusan kilometer wilayah udara Israel dan beroperasi bebas dekat dengan situs nuklir Israel di Dimona tanpa terdeteksi oleh radar canggih Israel dan AS.

Sukses besar operasi infiltrasi drone Hizbullah di wilayah udara Israel, membuat pemerintah Amerika Serikat (AS) khawatir dan menuduh bahwa kelompok Hizbullah adalah mesin pembunuh bagi Presiden Suriah Bashar Assad.

"Hizbullah terus melanjutkan bantuan baru bagi Assad agar tetap berkuasa. Bantuan ini diberikan bersama dengan Iran," ujar Duta Besar AS untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Susan Rice, seperti dikutip Associated Press, Selasa (16/10).

Kerusuhan di Suriah yang dilakukan kelompok-kelompok teroris bersenjata didikan Arab Saudi, Qatar, AS dan Turki mengalami kerugian besar sehingga membuat negara-negara tersebut berang terutama AS dan Turki. 

Mereka menuduh kemenangan tentara Suriah dalam melawan teroris berkat bantuan Hizbullah bersama dengan Iran di lapangan, sementara bantuan Rusia dan Cina di forum Dewan Keamanan PBB.

Negara-negara pemasok senjata kepada teroris Suriah ini berharap Presiden Bashar Al Assad segera jatuh dan menggantikanya dengan pemimpin yang pro dengan Israel.

Dubes AS di PBB, Rice pun menuduh pemimpin Hizbullah Sayyid Hassan Nasrallah telah melakukan standar ganda mengenai masalah Suriah. "Dukungan aktif dan terus berkembang kepada Assad, menunjukkan Hassan Nasrallah terus menunjukkan kepentingan nasional Libanon yang tidak lebih dari bentuk yang berbahaya," ujar Rice.

Amerika Serikat terus berusaha agar komunitas internasional bersatu melawan aktivitas Hizbullah. Menurut Rice, pemerintahannya kini berupaya untuk mengecilkan peranan Hizbullah.

Operasi yang bernama Hussein Ayub (mantan komandan angkatan udara Hizbullah yang menjadi martir pada tahun 1996), berhasil menembus ratusan kilometer wilayah udara Israel dan beroperasi bebas dekat dengan situs nuklir Israel di Dimona tanpa terdeteksi oleh radar canggih Israel dan AS.

Bahkan surat kabar Inggris Sunday Times, menggambarkan suksesnya operasi tersebut dan menulis, "Drone, yang mengudara selama tiga jam sebelum ditembak oleh jet tempur F-16 Israel telah mengirim gambar-gambar persiapan latihan militer terbesar Israel bersama tentara AS ... selain itu juga drone mengirim serta situs rudal balistik, lapangan terbang utama dan, mungkin juga, reaktor nuklir Israel di Dimona."

"Ini hanya sebagian dari kemampuan kami," kata Nasrullah. Ia juga menambahkan Israel sendiri telah mengakui kegagalan keamanan mereka meskipun mereka dipasok teknologi terbaru dari kekuatan-kekuatan Barat.

Sekjen Hizbullah juga menyatakan bahwa pesawat itu dibuat oleh Iran, tapi dirakit oleh gerakan perlawanan Hizbullah. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement