Rabu 17 Oct 2012 07:17 WIB

Suriah Siap Bahas Gencatan Senjata Saat Idhul Adha

Asap pekat membubung di sejumlah apartemen yang terkena serangan bom di kawasan Distrik Saif Ad-Daulah di Aleppo, Suriah.
Foto: AP Photo/Manu Brab
Asap pekat membubung di sejumlah apartemen yang terkena serangan bom di kawasan Distrik Saif Ad-Daulah di Aleppo, Suriah.

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS--Kementerian Luar Negeri Suriah, Selasa (16/10), menurut laporan media setempat, menyatakan pemerintah siap membahas gencatan senjata selama Idul Adha.

Usul gencatan senjata tersebut diajukan oleh utusan khusus PBB-Liga Arab Lakhdar Brahimi, yang telah melakukan misi pulang-pergi antara negara di wilayah tersebut guna merancang rencana untuk meredam situasi di Suriah.

Brahimi menyerukan gencatan senjata di Suriah selama Idul Adha di saat krisis memasuki bulan ke-20 dengan korban tewas lebih dari 32.000.

Sementara, kubu gerilyawan bersenjata tak tertarik pada kesepakatan gencatan senjata apa pun. Mereka malah menunjukkan tekad untuk melanjutkan konfrontasi bersenjata mereka dengan prajurit militer pemerintah, demikian laporan Xinhua, Selasa (16/10)

Brahimi dijadwalkan mengunjungi Suriah selama akhir pekan ini guna membahas dengan para pejabat Suriah tentang kunjungan paling akhirnya ke wilayah itu, kata beberapa sumber. Ia berada di Irak --yang berpenduduk mayoritas Syiah-- setelah berunding dengan Iran, yang diperintah Syiah, sekutu paling dekat pemerintah Presiden Bashar al-Assad dari kelompok etnik Alawi.

Pekan lalu Brahimi mengunjungi Arab Saudi dan Turki, dua negara yang dipimpin Sunni dan menjadi pendukug kuat oposisi Suriah. "Brahimi menyeru penguasa Iran agar membantu terwujudnya gencatan senjata di Suriah selama Idul Adha mendatang," kata satu pernyataan dari utusan PBB tersebut.

Sementara itu Uni Eropa memberlakukan satu paket sanksi sepihak terhadap Damaskus pada Senin (15/10), sanksi ke-19 sejak konflik itu meletus Maret 2011.

Menlu Rusia Sergei Lavrov, sekutu kuat Suriah, mengunjungi Luksemburg, Ahad, untuk berunding dengan timpalannya dari Uni Eropa, tetapi Menlu Inggris William Hague, Senin, mengatakan, "Saya tidak dapat mengatakan kami membuat kemajuan."

Rusia dan China berulang-kali menghambat resolusi Dewan Keamanan PBB yang ditujukan kepada pemerintah Bashar.

sumber : Antara/Xinhua
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement