Rabu 17 Oct 2012 15:16 WIB

Obama Tampil Memukau di Debat Putaran Kedua

 Kandidat Presiden dari Partai Republik Mitt Romney dan Presiden AS Barack Obama saat debat calon presiden AS putaran kedua di Hempstead, New York, Rabu (17/10).
Foto: Mike Segar/Reuters
Kandidat Presiden dari Partai Republik Mitt Romney dan Presiden AS Barack Obama saat debat calon presiden AS putaran kedua di Hempstead, New York, Rabu (17/10).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Barack Obama kembali memperkuat posisinya pada persaingan calon presiden (capres) Amerika Serikat (AS dengan tampil agresif pada debat putaran kedua menghadapi saingannya Mitt Romney, di Hempstead, New York, Selasa (16/10).

Dengan tinggal satu putaran debat lagi yang tersisa dan Presiden Obama menunjukkan penampilan lebih baik dibandingkan debat pertama di Denver, Colorado, beberapa pekan lalu, persaingan memperebutkan kursi kepresidenan menjadi semakin ketat menjelang Hari Pemilihan pada 6 November mendatang.

"Menurut saya, presiden (Obama) tampil lebih baik dibandingkan dengan ketika di Denver," kata John Pitney, pengajar politik di Claremont McKenna College, kepada AFP. "Ketat, tetapi saya kira Obama tampil lebih baik."

Hampir semua pengamat mengatakan pada acara debat dua minggu lalu, Romney dengan mudah mengalahkan Obama, yang saat itu tampil loyo dan tidak fokus --dan warga Amerika sepakat tentang itu.

Namun Obama, yang sadar bahwa ia harus meningkatnya penampilannya untuk memenangi jabatan presiden periode kedua, tampil kuat dalam acara debat Selasa, yang berlangsung selama 90 menit.

Ia antara lain menyerang Romney soal rencana pemulihan ekonominya serta menjawab dengan cekatan kritik yang dilontarkan Romney soal bagaimana ia menangani serangan Libya bulan lalu. "Ini menjadi dorongan moral untuk kubu Demokrat, dan pihak Republik juga senang, tapi

Obama lebih memerlukan pendorong semangat," kata Pitney. "Kita lihat nanti apakah (penampilan) malam ini akan mempengaruhi jajak pendapat."

Beberapa jajak nasional di wilayah-wilayah yang menjadi tempat perebutan suara menunjukkan bahwa Romney mendongkrak posisinya baru-baru ini, sementara jajak lainnya menunjukkan ia mengungguli Obama.

Namun jajak-jajak pendapat yang langsung dilakukan oleh tiga jaringan terhadap para penonton tak lama setelah acara debat hari Selasa di Hofstra University berakhir, semuanya menggambarkan keunggulan Obama atas Romney.

Jajak yang dilakukan CBS News menunjukkan bahwa 37 prosen responden menganggap Obama memenangi debat tersebut, sementara Romney memperoleh dukungan 30 prosen responden.

Karlyn Bowman, anggota senior American Enterprise Institute menganggap walaupun tidak ada yang menang secara telak, "Obama kembali berada di posisi kuat."

Topik-topik yang menjadi pembahasan pada debat tersebut antara lain meliputi masalah ekonomi, pajak, energi dan Cina, namun masalah perempuan menjadi topik yang lebih besar dibandingkan pada debat putaran pertama. Obama selama ini mendapat dukungan di kalangan perempuan, namun dukungan itu turun setelah debat pertama, demikian menurut sejumlah jajak pendapat.

Jennifer Lawless, kepala Women & Politics Institute di American University, mengatakan Obama kemungkinan akan memenangi suara dari kalangan perempuan setelah pada debat hari Selasa ia menawarkan "gaji yang sama dengan laki-laki."

Menyangkut Libya, negara di mana Duta Besar AS Chris Stevens dan tiga warga Amerika lainnya tewas bulan lalu dalam serangan ke konsulat AS di Benghazi, Obama mendapat kesempatan menegur Romney tentang kritik yang terus dilancarkannya soal bagaimana Gedung Putih menangani kasus serangan tersebut.

"Sangkaan bahwa siapapun dalam tim saya, apakah menteri luar negeri, duta besar kita untuk PBB, atau siapapun dalam tim saya akan mempolitisasi atau menyesatkan saat kita kehilangan empat warga kita, bapak gubernur (Romney), itu adalah penghinaan," kata Obama sambil melirik ke arah Romney dengan pandangan marah.

"Kami tidak akan melakukan hal seperti itu. Saya tidak akan melakukan hal itu sebagai presiden," lanjutnya. Obama dan Romney kembali akan berhadapan dalam debat putaran ketiga --dan terakhir-- pada 22 Oktober, yaitu 15 hari sebelum hari pemilihan.

sumber : Antara/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement