Jumat 19 Oct 2012 00:12 WIB

Kolombia Berunding dengan FARC

Rep: Bambang Noroyono/ Red: Dewi Mardiani
Tentara FARC Kolumbia
Foto: ThemTangs
Tentara FARC Kolumbia

REPUBLIKA.CO.ID, OSLO -- Pemerintah Kolombia dan Pasukan Militer Revolusioner Kolombia (FARC) mengadakan pertemuan di Oslo, Norwegia. Perhelatan tersebut menandai babak baru negosiasi perjanjian damai yang diusung oleh Presiden Kolombia, Juan Manuel Santos bulan lalu.Pertemuan teranyar tersebut dilaksanakan pada Rabu (17/10).

Bertempat dilokasi yang sangat dirahasiakan. Setidaknya ada lima persoalan penting yang menjadi pembahasan oleh kedua pihak.Selain kesepakatan mengakhiri peperangan, persoalan perdagangan obat bius, hak korban peperangan, pertikaian agraria di pedesaan, dan partisipasi politik kelompok kiri, ditaksir menjadi fokus pembahasan, dan itu adalah yang terumit.

"Kami pergi dengan harapan, dan optimisme moderat. Dan kami tidak percaya dengan harapan palsu," kata Kepala Tim Negosiasi Pemerintah Humberto de la Calle, seperti dikutip Reuters, Rabu (17/10).

Setidaknya beberapa negara terlibat dalam negosiasi. Norwegia bertindak sebagai mediator dan tuan rumah untuk menyudahi konflik senjata lima dekade ini. Mediasi kali ini, adalah tahap awal dari rencana yang sudah ditawarkan sejak Agustus lalu. Keberhasilan tahap awal, akan membawa para delegasi ke meja selanjutnya di Havana, Kuba.

Venezuela dan Cile juga terlibat dalam negosiasi perundingan. Kesemuanya sebagai penjamin pembicaraan. Keberhasilan negoisasi perundingan akan menjadi prestasi bagi Manuel Santos. Selama ini tidak pernah ada satu-pun negosiasi yang ditawarkan oleh pemerintah berhasil dilangsungkan.

Fakta itu terjadi sejak FARC didirikan pada 1964. Mantan Wakil Presiden Kolombia, Humberto De la Calle juga bergabung dengan negosiator pemerintah. Dia mengatakan tim dari pemerintah akan bertemu secara tertutup dengan delegasi FARC.

Kata dia, pembicaraan di Oslo diharapkan dapat meletakkan dasar dan menjadi fondasi perundingan saat di Kuba. Tim FARC, menurutnya, juga telah tiba di Oslo setelah berangkat dari Kuba.

Langkah Manuel Santos kali ini dianggap cukup berhasil. Akan tetapi kewaspadaan pemerintah terhadap FARC juga tidak dapat ditinggalkan. Kecurigaannya pantas terjadi, sebab hingga sekarang, kedua tentara tidak pernah melangsungkan gencatan senjata.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement