Jumat 19 Oct 2012 02:12 WIB

Ahli dari Cina Bantu Awetkan Jenazah Sihanouk

Norodom Sihanouk
Norodom Sihanouk

REPUBLIKA.CO.ID, PHNOM PENH -- Kamboja mulai mempersiapkan untuk mengawetkan dengan membalsem jenazah mantan Raja Norodom Sihanouk. Menurut seorang pembantu kerajaan, Kamis (18/10), jenazah mantan raja Kamboja ini akan disemayamkan di istana negara selama tiga bulan menjelang pemakaman mewahnya.

Para ahli dari Cina membantu proses pembalseman. Pengawetan jenazah ini diharapkan akan menggunakan bahan yang mirip dengan bahan yang digunakan untuk mengawetkan tubuh Pemimpin Cina, Mao Zedong, pada 1970-an, kata Asisten Sihanouk, Pangeran Sisowath Thomico. "Saat ini, para dokter, para ilmuan sedang mempersiapkan tubuh raja untuk diawetkan," kata Thomico kepada AFP.

Ratusan ribu pelayat memadati jalan di Phnom Penh, pada Rabu, untuk menyaksikan perjalanan pulang terakhir Sihanouk dari Beijing, tempat dia meninggal, Senin (15/10. Beliau wafat karena terkena serangan jantung di usianya ke 89 tahun.

Selama berbulan-bulan, tubuh Sihanouk akan disemayamkan di istana, sebelum dikremasi. Para kerabat akan bergantian duduk di dekatnya, memastikan bahwa raja terakhir itu tidak pernah sendiri, kata seorang ajudan.

"Menurut tradisi kami, keluarga kerajaan akan menjaga tubuh selama sehari 24 jam," ujar Thomico. Dia menambahkan bahwa kebiasaan tersebut sama seperti ketika ayah Sihanouk, Raja Norodom Suramarit, meninggal pada 1960.

Perdana Menteri Vietnam dan Laos diharapkan mengunjungi istana untuk memberikan penghormatan terakhir kepada Sihanouk, Jumat (19/10), yang mengendalikan negaranya selama perang beberapa dekade genosida, kemudian perdamaian. Namun, tidak jelas kapan pintu istana akan terbuka untuk masyarakat umum.

Rasa belasungkawa disampaikan rakyat Kamboja dengan berbondong-bondong datang ke sebuah taman di luar kerajaan, Senin, untuk memberikan penghormatan kepada mantan raja yang populer tersebut. Para pedagang kaki lima dengan cepat mencetak dan menjual foto prosesi kepulangan Sihanouk dan kaos bergambar dirinya.

Sihanouk yang melepaskan tahtanya pada 2004 karena usia tua dan kesehatannya yang buruk, sangat dicintai dan diingat dalam memimpin Kamboja. Dia berperan dalam meraih kemerdekaan dari Prancis dan melalui periode yang jarang terjadi pada stabilitas politik di tahun 1950 hingga 1960-an.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement