REPUBLIKA.CO.ID, LONDON --- Angka pedagangan manusia ke Inggris meningkat. Laporan pemerintah mengatakan jumlah korban humuntraficking, kebanyakan dari belahan negara-negara Asia, Afrika dan Eropa Timur, dan kebanyakan dari mereka adalah anak-anak.
BBC News melansir, pemerintah tidak memiliki angka pasti jumlah korban perdagangan manusia menuju Inggris. Namun hasil kerjasama antar kementerian mengatakan, tahun lalu sedikitnya terdapat 946 korban yang berhasil diidentifikasi.
Angka tersebut meningkat dari tahun 2010 yang berjumlah 710 korban. Walau tidak mengalami lonjakan signifikan, namun pemerintah meyakini angka korban sulit untuk surut.
Dari korban yang tercatat, dua kasus diantaranya terkait dengan transaksi jual beli organ tubuh manusia. Salahsatunya adalah rencana penjualan ginjal. Selain itu, kebanyakan dari korban adalah anak-anak.Pusat Perlindungan Eksploitasi Anak di London tidak menemukan jumlah pasti korban anak-anak. Kerjasama dengan pemerintah hanya dapat mengidentifikasi aktivitas para korban.
Kebanyakan dari mereka diorganisir oleh oknum atau gembong krimial lokal.Korban dipaksa melakoni berbagai aksi kriminal dan kejahatan di kota-kota besar, seperti London, termasuk menjadi pengemis.
Kelompok ini mengatakan data 2011 yang pemerintah publis, 234 diantaranya adalah anak-anak.Jumlah tersebut bertambah dari tahun sebelumnya. Pada 2010 tercatat 186 anak-anak.
Lembaga meyakini sekurang-kurangnya tiga ratus anak-anak korban perdagangan, ditemukan di Inggris setiap tahunnya.Menteri Imigrasi Inggris, Mark Harper mengatakan persoalan perdagangan manusia bukan hanya permasalahan dalam negeri.
Negara-negara besar memiliki masalah serupa untuk menghentikan sindikat.Kata dia angka global korban perdagangan manusia mencapai 21 juta jiwa. Ttidak ada obat mujarab untuk menghentikan aktivitas tersebut.