REPUBLIKA.CO.ID, BEOGRAD -- Penduduk Serbia makin ragu mengenai keanggotaan Uni Eropa. Hal terungkap dalam hasil jajak pendapat yang disiarkan pekan ini dan disiarkan oleh Radio Television Serbia.
Kurang separuh dari mereka yang disurvei oleh Pusat bagi Kebijakan Keamanan di Beograd menyatakan mereka mendukung Serbia bergabung dengan Uni Eropa, sementara sebanyak sepertiga menyatakan mereka "secara jelas" menentang keanggotaan itu.
Hasil tersebut menunjukkan peningkatan tetap mereka yang menentang sejak 2002, ketika jajak pendapat itu dimulai, sejalan dengan penurunan bertahap mereka yang memberi dukungan.
Penentang terbesar bagi keanggotaan Serbia di Uni Eropa diperlihatkan oleh siswa dan mereka yang berusia 18 sampai 29 tahun, dengan jumlah 41,5 persen, demikian laporan Xinhua. Dukungan terbesar datang dari mereka yang mengenyam pendidikan di perguruan tinggi atau universitas --53,4 persen.
Mengenai masalah status Kosovo --masalah yang tampaknya berkaitan dengan aspirasi Uni Eropa-- 62 persen mengatakan Provinsi Serbia selatan itu tak boleh diakui dalam kondisi apa pun.
Sebanyak 65 persen menentang Serbia menjadi anggota NATO, sementara sepertiga responden mengatakan aliansi militer tersebut mesti membayar perbaikan pasca-perang karena telah membom Serbia pada 1999.
Rakyat Serbia mengatakan mereka menganggap Rusia (47 persen), Yunani (23 persen) dan China (21 persen) sebagai sekutu terdekat mereka, dan Amerika Serikat (43 persen) dipandang sebagai negara yang menentang Serbia.