REPUBLIKA.CO.ID, OSLO -- Upaya perundingan Pemerintah Kolombia dengan Tentara Revolusi Kolumbia yang dihelat di Oslo, Norwegia berhasil. Walau sempat memanas, akan tetapi pembicaraan akan berlanjut 15 November mendatang. Para pihak sepakat menuju Havana, Kuba dan memulai pembicaraan yang lebih spesifik.
Keberhasilan ini adalah wujud baru jalan perdamaian antara pemerintah dan kelompok bersenjata yang bertikai sejak 1964. Ketua Tim Negosiator Pemerintah Kolumbia, Humberto de la Calle, saat berada di Kota Hurdal, Norwegia, menegaskan keseriusan Bogota untuk segera mengakhiri pertikaian setengah abad dengan kelompok pemberontak tersebut.
"Proses perdamaian akan berhasil jika serius, realistis dan efisien," ucap de la Calle, seperti dikutip Reuters, Kamis (19/10). Dia menerangkan, pembicaraan tahap awal telah berlalu.
Perundingan berlangsung selama tujuh jam di sebuah hotel mewah. Delegasi semua pihak dikatakan hadir dalam perjumpaan kali ini, termasuk di antaranya adalah delegasi penjamin perdamaian, Kuba dan Venezuela. Dalam perundingan tidak satu pun membahas tentang konflik dan agresi militer dari kedua pihak.
De la Calle yang juga pernah menjadi Mantan Wakil Presiden Kolumbia mengatakan, pemerintah menolak semua perundingan yang tidak terkait dengan maksud perdamaian. Kata dia, pemerintah menekan agar gerombolan sosialis tersebut bersedia melucuti senjata.
Bogota mengharapkan anggota pemberontak yang dikatakan memiliki ribuan tentara itu, menjadi kekutan politis yang tidak bersenjata, dan bergabung bersama pemerintah. De la Calle juga menawarkan mendirikan partai politik baru bagi FARC.
Tentunya tawaran itu adalah untuk membuktikan keberpihakan masyarakat melalui pemilu yang jujur. Hal tersebut menurut negosiator merupakan kemauan kolektif untuk mengimbangi mesin demokrasi yang sudah dibangun oleh pemerintah. "Kami tidak membahas model pembangunan ekonomi, tidak membahas investasi asing. Kami membahas tentang agenda Kolombia," terang dia.
Keberhasilan perundingan tahap awal kali ini, menepiskan sikap pesimis kelompok oposisi di pemerintahan Kolombia terhadap Presiden Juan Manuel Santos. Sebab sejak FARC berdiri, tidak satupun penguasa kursi presiden di Casa de Narino, berhasil membawa pemberontak ke meja perundingan.