Sabtu 20 Oct 2012 09:00 WIB

Akhir Cerita Majalah Newsweek (II)

Rep: Bambang Noroyono/ Red: M Irwan Ariefyanto
Tina Brown
Foto: usa today
Tina Brown

REPUBLIKA.CO.ID,Benarkah Tina? Bisa jadi. Karena data bisnis media di AS memang suram sejak lima tahun terakhir. Para pengiklan perlahan tapi pasti membunuh bisnis koran dan majalah di AS, dan beralih mengiklan di internet atau tablet. Data penghasilan iklan majalah di AS pada 2011 masih 15,19 miliar dolar AS. Tahun ini, jumlahnya melorot menjadi 15,11 miliar dolar AS. Pada saat yang sama, penghasilan iklan digital naik pesat. Tahun lalu penghasilan iklan digital mencapai 2,72 miliar dolar AS, tahun ini 3,14 miliar dolar AS.

Ditambah lagi survei Pew Research Center yang terbit Juni lalu yang memperkuat anggapan bahwa pembaca sudah meninggalkan media cetak dan beralih ke media digital. Dari survei itu, tinggal 23 persen responden survei yang mewakili populasi di AS, membaca media cetak. Sisanya, memilih membaca berita di komputer, telepon seluler, dan tablet. Angka ini merosot jauh dari hasil survei Pew pada 2000 yang menunjukkan 47 persen responden masih membaca koran cetak.

Ini dibuktikan dari pendaftar online di laman The Daily Beast yang naik 70 persen dalam waktu setahun. Sementara, pada saat yang sama sirkulasi Newsweek terus anjlok di masyarakat.

Janet Steele, pengajar jurnalistik di Universitas George Washington, menyontohkan kasus ini dengan kebiasaan baca mahasiswanya. Kata Janet, seluruh mahasiswa yang belajar jurnalistik di kelasnya tak pernah pegang koran lagi. "Mereka membaca berita dari laptop dan ponsel," kata Janet pada Republika, beberapa waktu lalu.

Padahal, Newsweek bukannya tidak berupaya melakukan perubahan. Mereka sudah melakukan, tapi terlambat. Ketika Time merombak desainnya menjadi lebih segar dan muda serta kontennya lebih banyak memasukkan kolumnis dan sudut pandang pada 2007, Newsweek baru melakukannya dua tahun terakhir. Jadilah majalah yang didirikan Thomas Martyn, mantan wartawan Time ini, ketinggalan kereta.

Pertanyaanya kemudian apakah Newsweek ini menjadi tren internasional? Liputan Economist pada akhir Juni lalu mengatakan tidak. The Association of Magazine Media (MPA) menyatakan terlepas dari banyaknya majalah yang gulung tikar karena krisis iklan dan harga kertas makin tinggi, justru lebih banyak majalah baru terbit dan pembaca majalah makin besar.

Namun yang membedakan adalah majalah apa. Karena dari liputan Economist itu, majalah yang fokus ke gaya hidup relatif sehat keuangan dan sirkulasinya. Memang, ada strategi tertentu yang mereka lakukan yaitu berkolaborasi dengan internet dan televisi.

sumber : usa today, washington post
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement