Sabtu 20 Oct 2012 12:25 WIB

Usai Pengeboman Mobil, Oposisi Lebanon Seru PM Mundur

 Tentara dan petugas penyelamat Lebanon beserta warga berkumpul di dekat lokasi pengeboman yang menewaskan delapan orang yang satu diantaranya adalah Kepala Departemen Penerangan Pasukan Keamanan Dalam Negeri Lebanon, Wissam El Hassan, Jumat (19/10).
Foto: AP Photo
Tentara dan petugas penyelamat Lebanon beserta warga berkumpul di dekat lokasi pengeboman yang menewaskan delapan orang yang satu diantaranya adalah Kepala Departemen Penerangan Pasukan Keamanan Dalam Negeri Lebanon, Wissam El Hassan, Jumat (19/10).

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT--Kelompok oposisi Lebanon, 14 Maret, mengatakan blok itu menganggap Perdana Menteri Najib Miqati bertanggungjawab atas kematian seorang pejabat senior intelijen dalam pengeboman mobil, Jumat (19/10), dan menyerukan pengunduran diri pemerintahnya.

Miqati bertanggungjawab "atas mengalirnya darah Wissam El Hassan dan orang lain yang tak berdosa dan tewas" dalam pengeboman itu, kata kelompok tersebut di dalam satu pernyataan yang disiarkan Reuters, yang dipantau ANTARA di Jakarta, Sabtu.

El Hassan memiliki hubungan erat dengan putra mantan perdana menteri Lebanon yang tewas dibunuh Rafik al Hariri, Saad--pemimpin oposisi dan orang yang memusuhi pemerintah Presiden Bashar al-Assad.

"Pemerintah ini harus pergi, dan perdana menteri diminta mengajukan pengunduran diri," kata blok 14 Maret.

Satu bom mobil meledak di Beirut, Jumat, dan menewaskan sedikitnya delapan orang termasuk El Hassan, yang memiliki hubungan dengan kubu anti-Damaskus di Lebanon.

Ledakan terjadi saat jam sibuk itu di Ashrafieh juga membuat 86 orang cedera, kata Menteri Penerangan Lebanon Walid Daouk.

Dua pemimpin politik Lebanon --Saad dan Walid Jumblatt, pemimpin masyarakat Druze di Lebanon-- sudah menuduh Bashar terlibat dalam serangan tersebut, yang juga telah memicu pengutukan internasional.

"Kami menuduh Bashar al-Assad membunuh Wissam El Hassan, penjamin keamanan di Lebanon," kata Saad kepada stasiun TV Lebanon.

Jumblatt, pengecam lama Damasksu, juga menuduh Bashar.

Pengeboman itu dikatakan sebagai salah satu aksi paling serius sejak terbunuhnya Rafik al Hariri pada 2005.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement