REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Gedung Putih, Sabtu (20/10), membantah laporan New York Times yang menyatakan AS dan Iran "untuk pertama kali telah menyepakati pembicaraan langsung" mengenai program nuklir Iran. Gedung Putih menyatakan tetap terikat komitmen untuk bekerjasama dengan negara besar guna menyelesaikan percekcokan tersebut.
New York Times, yang mengutip beberapa pejabat pemerintah Presiden Barack Obama yang tak disebutkan jati diri mereka, Sabtu pagi, menyatakan kedua pihak "telah menyepakati pembicaraan bilateral setelah pertukaran informasi secara rahasia antara para pejabat AS dan Iran".
Gedung Putih bergerak cepat untuk membantah laporan tersebut, yang disiarkan dua hari sebelum Presiden Barack Obama dijadwalkan menghadapi penantangnya dari partai Republik Mitt Romney, dalam debat yang dipusatkan pada kebijakan luar negeri.
Calon presiden dari partai Republik Mitt Romney telah menyerang Obama karena gagal mencegah ambisi nuklir Iran.
Kedua calon itu dijadwalkan bertemu pada Senin (22/10) dalam debat terakhir mereka. Ia berusaha menggambarkan Presiden petahana AS tersebut sebagai pelayan lemah kekuatan AS yang telah membuat negeri itu jadi lebih rentan.
"Tidak benar bahwa Amerika Serikat dan Iran telah menyepakati pembicaraan langsung atau pertemuan apa pun setelah pemilihan umum Amerika," kata Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional Tommy Vietor di dalam satu pernyataan sebagaimana dilaporkan Reuters.
"Kami terus bekerjasama dengan P5+1 mengenai penyelesaian diplomatik dan telah mengatakan sejak awal kami akan siap siap bertemu secara bilateral."
Amerika Serikat telah bekerjasama dengan P5+1, yang terdiri atas empat anggota tetap Dewan Keamanan PBB --China, Inggris, Prancis dan Rusia-- ditambah Jerman, guna menekan Iran mengenai program nuklirnya.
Amerika Serikat dan negara lain Barat telah menuduh program nuklir Iran ditujukan untuk membuat senjata nuklir. Namun Teheran berkeras program nuklirnya bertujuan damai.
Israel telah menyatakan negara Yahudi itu akan menggunakan kekuatan militer untuk mencegah Iran menjadi negara nuklir. Tapi pada masa lalu, Tel Aviv memiliki perbedaan pendapat dengan Washington mengenai kapan Teheran sesungguhnya akan melintasi "garis merah" kemampuan nuklir.
Kesepakatan AS-Iran tersebut "telah dicapai" dengan para pejabat senior Iran yang melapor kepada Pemimpin Spiritual Ayatollah Ali Khamenei, seorang pejabat pemerintah AS yang tak disebutkan jatidirinya memberitahu New York Times.
Namun Gedung Putih menyatakan pemerintah Obama bermaksud mempertahankan jalur "rel gandanya" saat ini --yang melibatkan keterlibatan diplomatik dan pengetatan jaringan sanksi internasional guna menekan Iran.