REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Aksi protes anti-pemerintah mewarnai upacara pemakaman Kepala Intelijen Lebanon Jenderal Wissam Al Hassan yang tewas dalam tragedi bom Beirut, Jumat (19/10) lalu. Aksi tersebut berakhir ricuh.
Seperti dilansir laman Aljazirah, sekitar 50 pendukung oposisi ikut serta dalam aksi yang digelar di kompleks pemerintahan Lebanon, Serail, Ahad (21/20) malam waktu setempat. Mereka menuntut Perdana Menteri Najib Mikati untuk mengundurkan diri atas tragedi yang menewaskan Al Hassan.
Kerusuhan bermula ketika massa oposisi coba merangsek masuk ke kompleks Serail. Mereka melempar batu serta batang-batang besi dan kayu ke arah aparat keamanan yang berjaga. "Seluruh penjuru negeri akan dilumpuhkan sampai Mikat mundur. Kami akan memblokir jalan-jalan, kami akan terus menggelar protes," kata seorang demonstran dari kubu oposisi, Ahmad Balaa.
Aparat keamanan merespon provokasi demonstran dengan melepaskan gas air mata dan menembakkan tembakan peringatan ke udara. Bentrokan antara demonstran dan aparat berlangsung hingga sekitar satu setengah jam. Sejumlah laporan menyebutkan, sedikitnya 15 anggota keamanan luka-luka dalam bentrokan. Sementara, korban dari pihak demonstran belum diketahui.