Senin 22 Oct 2012 16:42 WIB

Kembali Diserang Drone AS, Presiden Pakistan Berang

Presiden Pakistan Asif Ali Zardari
Foto: AFP
Presiden Pakistan Asif Ali Zardari

REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Presiden Pakistan Asif Ali Zardari Ahad menegaskan ia menentang serangan-serangan pesawat tak berawak Amerika Serikat di daerah suku Pakistan, dan mengatakan mereka tidak membantu untuk memerangi gerilyawan militan bersenjata.

Berpidato di satu pertemuan wartawan di Islamabad, presiden menegaskan kembali penentangan Pakistan terhadap serangan-serangan pesawat tak berawak AS di daerah suku negara itu.

"Kami telah secara konsisten menentang serangan-serangan pesawat tak berawak dan kami akan terus menentang mereka. Serangan pesawat tak berawak adalah pelanggaran kedaulatan kami dan kontraproduktif," ujarnya.

"Kami juga tidak akan mengizinkan gerilyawan menggunakan wilayah kami untuk meluncurkan serangan di luar perbatasan kita," katanya menambahkan.

Presiden mengatakan bahwa gerilyawan di kedua sisi perbatasan membunuh rakyat Pakistan dan Afghanistan, dan bahwa kedua rakyat dan pemerintah harus bergandeng-tangan dalam menghilangkan teroris dan tempat-tempat persembunyian mereka.

"Mempersalahkan bahwa permainan itu kontraproduktif terhadap penyebabnya dan hanya akan memperkuat pihak gerilyawan," ungkapnya.

Dia mengatakan bahwa perang melawan terorisme akan terus dengan keyakinan dan konsensus nasional, dan menambahkan bahwa gerilyawan ingin memaksakan agenda mereka dengan kekerasan tetapi mereka tidak akan diizinkan untuk berhasil dalam merancang kejahatan mereka.

Mengacu pada pengorbanan yang diberikan oleh Pakistan dalam perang melawan terorisme, presiden mengatakan pemerintah telah mengambil sikap tegas terhadap terorisme dan mengembangkan konsensus sebelum operasi di lembah Swat pada tahun 2009.

Presiden mengatakan semua segmen masyarakat perlu bergandengan tangan untuk mengalahkan pola pikir yang menyerang gadis tak berdosa, seperti Malala Yousafzai, 14 tahun, yang diserang dan terluka oleh orang-orang bersenjata Taliban di barat laut lembah Swat pada 9 Oktober.

"Serangan terhadap Malala adalah serangan terhadap nilai-nilai kami serta masa depan generasi baru kami. Malala diserang karena dia mengangkat bendera perdamaian dan pendidikan untuk anak-anak," kata Presiden Zardari.

Presiden mengatakan bahwa teroris berusaha untuk memaksakan agenda mereka dengan kekerasan yang katanya tidak dapat dibiarkan dalam keadaan apapun, "tidak akan".

sumber : Antara/ IRNA-0ANA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement