REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Tembakan senjata berat terdengar di Beirut barat, Senin (22/10) pagi, hanya beberapa jam setelah bentrokan yang terjadi saat pemakaman seorang pejabat tinggi keamanan Lebanon yang tewas dalam ledakan bom mobil.
Selama lebih dari satu jam, suara senjata otomatis bisa didengar datang dari Kabupaten Tariq Jdideh, kata seorang koresponden AFP. Tentara mencegah para wartawan dan fotografer untuk mendekati daerah itu.
Stasiun televisi lokal Al-Jadeed, mengimbau penduduk setempat untuk mengevakuasi orang-orang yang terluka. Tembakan berat bisa didengar di tempat yang jauh. Stasiun TV itu mengatakan tembakan-tembakan tersebut adalah pertempuran yang melibatkan kelompok-kelompok yang mengeklaim setia dengan pemimpin oposisi Saad Hariri dan kelompok saingannya.
Bentrokan-bentrokan terjadi setelah pemakaman Jenderal Wissam al-Hassan, pada Ahad (21/10), yang kemudian diikuti oleh beberapa pertempuran kecil antara pelayat dan pasukan keamanan di Beirut. Polisi menembakkan senjata ke udara dan menggunakan gas air mata untuk mengusir pengunjuk rasa yang kembali mencoba menyerbu kantor Perdana Menteri Najib Miqati di Beirut.
Tokoh oposisi telah menyerukan Miqati untuk mengundurkan diri dan pemerintahannya, yang didominasi oleh pihak pro-Suriah, untuk mundur. Pihak oposisi menuduh Presiden Suriah Bashar al-Assad atas terjadinya ledakan bom mobil, pada Jumat (19/10), yang menewaskan Hassan dan beberapa orang lain di pinggiran ibu kota.
Mereka juga meminta Bashar untuk bertanggung jawab atas pembunuhan ayah Hariri, mantan perdana menteri Rafiq Hariri, pada tahun 2005 yang tewas dalam ledakan besar di Beirut.