Senin 22 Oct 2012 19:29 WIB

Gangguan Minyak Timteng bakal Pukul Asia

Minyak mentah
Minyak mentah

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Asia akan menjadi yang pertama merasakan dampak dari gangguan pasokan minyak Timur Tengah, karena permintaan kawasan ini melonjak. Hal ini disampaikan Badan Energi Internasional (IEA), Senin (22/10).

Direktur eksekutif IEA, Maria van der Hoeven, mengatakan di Singapura bahwa sebagian besar permintaan minyak baru dalam lima tahun ke depan akan datang dari Asia, Timur Tengah dan negara-negara bekas Uni Soviet.

"Semua ini berarti ketergantungan Asia yang lebih besar pada impor minyak mentah, sering dari wilayah-wilayah yang dianggap berisiko secara politik," katanya, seperti dilansir AFP.

"Asia adalah gerai pasar utama untuk minyak mentah Timur Tengah sehingga gangguan Timur Tengah pertama kali akan menyentuh Asia," katanya kepada delegasi yang menghadiri forum energi internasional di Singapura.

Van der Hoeven mengatakan, Asia tidak akan terhindar dari gangguan sekalipun dengan peningkatan produksi di Irak dan Arab Saudi. Dengan ekonomi AS dalam kesulitan dan zona euro terperosok dalam krisis utang, Asia telah memimpin pertumbuhan ekonomi global.

Sebuah tinjauan energi dunia, British Petroleum, yang dikeluarkan pada Juni menunjukkan Timur Tengah mengekspor 72 persen dari minyak mentahnya ke Asia pada 2011, dengan Cina, India, Jepang, dan Singapura di antara tujuan utama. Namun, masalah di Timur Tengah, termasuk Iran yang dikenai sanksi internasional terkait dengan program nuklirnya, perang sipil Libya dan kekerasan yang sedang berlangsung di Suriah, telah menyebabkan ketidakstabilan harga minyak tahun ini.

Bulan ini, IEA memperkirakan permintaan minyak global akan tumbuh sebesar setengah juta barel per hari kurang dari perkiraan sebelumnya sampai 2016.

Dana Moneter Internasional (IMF) telah memangkas perkiraan pertumbuhan global untuk 2012 menjadi 3,3 persen, turun dari perkiraan Juli sebesar 3,5 persen. IMF mengatakan, pertumbuhan di negara berkembang di Asia akan mencapai 6,7 persen tahun ini dan 7,2 persen pada 2013. Itu dibandingkan dengan perkiraan Juli masing-masing sebesar 7,1 persen dan 7,5 persen.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement