Rabu 24 Oct 2012 22:08 WIB

Rusia: Pemberontak Suriah Dibekali Peluru Kendali Jinjing Buatan AS

Tentara Pembebasan Suriah (FSA) berpose di atas tank yang berhasil mereka rebut dari militer Suriah di sebuah desa di Provinsi Idlib, Suriah.
Foto: AP Photo/Edlib News Network ENN
Tentara Pembebasan Suriah (FSA) berpose di atas tank yang berhasil mereka rebut dari militer Suriah di sebuah desa di Provinsi Idlib, Suriah.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Pemberontak Suriah, yang memerangi pemerintah Presiden Bashar Assad, memiliki peluru kendali jinjing, termasuk Stinger buatan Amerika Serikat, kata jenderal utama Rusia pada Rabu.

Kepala Staf Rusia Jenderal Nikolai Makarov, yang negaranya adalah pemasok utama senjata Suriah dan menolak mendukung pemberontak, menyatakan tidak jelas siapa penyalur senjata itu.

"Kami memiliki keterangan bahwa pemberontak, yang memerangi tentara Suriah, memiliki peluru kendali darat ke udara, yang diluncurkan dengan bahu, dari beberapa negara, termasuk Stinger buatan Amerika Serikat," katanya seperti dikutip kantor berita Interfax.

"Kita harus tetap mencari tahu yang menyalurkannya kepada mereka," katanya. Makarov menyatakan mungkin itu dan senjata lain disalurkan ke pemberontak dari luar negeri dengan beberapa alat angkut, termasuk pesawat penumpang.

"Semua jenis angkutan itu dapat dipakai, termasuk penerbangan umum. Ini masalah berbahaya," kata Makarov.

NBC News dari Amerika Serikat pada Juli melaporkan bahwa pemberontak Tentara Pembebasan Suriah memperoleh dua lusin peluru kendali darat ke udara (tata pertahanan udara jinjing dikenal sebagai MANPADS), yang disalurkan lewat Turki.

Makarov mencatat bahwa Washington membantah mengirim senjata kepada pemberontak itu, tapi menyatakan keterangan bahwa Stinger buatan Amerika Serikat muncul di gudang senjata pemberontak sekarang harus diperhitungkan.

"Amerika Serikat mengatakan tidak mengirim apa pun kepada pemberontak. Tapi, kami memiliki keterangan tepercaya bahwa pemberontak Suriah memiliki MANPADS buatan luar negeri, termasuk dari Amerika Serikat," katanya.

Tanggapan Makarov itu muncul saat Rusia di bawah tekanan terus-menerus dari Barat, Turki dan musuh Assad di dunia Arab untuk memotong kerjasama ketentaraan dengan pemerintah Suriah.

Pihak berwenang Turki pada awal bulan ini memaksa pesawat penumpang Syrian Air dalam perjalanan dari Moskow ke Damaskus mendarat di Ankara dengan alasan pesawat itu membawa barang gelap Rusia untuk Suriah.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement