Kamis 25 Oct 2012 00:55 WIB

Cina Minta Obama-Romney tak Menyulut Ketegangan

  Presiden AS Barack Obama bersama kandidat presiden dari partai Republik Mitt Romney usai debat capres di Lynn University, Selasa (23/10).
Foto: Pablo Martinez Monsivais/AP
Presiden AS Barack Obama bersama kandidat presiden dari partai Republik Mitt Romney usai debat capres di Lynn University, Selasa (23/10).

REPUBLIKA.CO.ID, Beijing mengimbau Presiden Barack Obama dan Mitt Romney agar tidak menyulut ketegangan. Kedua kandidat dalam pilpres di Amerika itu berjanji akan bertindak tegas terhadap Cina dalam debat pilpres terakhir di Florida pada Senin kemarin, di mana Romney menyebutkan sejumlah hal yang dikatakan sebagai pelanggaran perdagangan oleh Cina. 

Seperti dilaporkan ABC, Rabu (24/10), Romney mengatakan akan mencap Cina sebagai manipulator mata uang yang mencuri teknologi Amerika bilamana ia terpilih menjadi Presiden. Barack Obama juga mengambil sikap keras dengan mengatakan Cina tidak berpegang pada aturan yang sama seperti negara-negara lainnya.

Menanggapi komentar-komentar itu, Kementrian Luar Negeri Cina mengimbau agar tenang, dan mengatakan demi kepentingan semua pihak hubungan Cina dan Amerika bisa berkembang, siapapun yang nantinya terpilih menjadi Presiden di Amerika.

Sementara itu, jajak pendapat di kalangan pemirsa televisi di Amerika mengisyaratkan, Presiden Obama memenangkan perdebatan ketiga dan terakhir melawan Mitt Romney. Baik jajak pendapat yang dilakukan CBS maupun CNN mengindikasikan Obama memunjukkan kinerja yang paling meyakinkan.

Obama menuduh Romney mendukung apa yang disebutnya kebijakan luar negeri yang sembrono dari mantan Presiden George Walker Bush. Dalam perdebatan yang tegang di Florida itu, keduanya menyampaikan pandangan mengenai Arab, Iran, Israel dan Cina.

Akan tetapi para analis mengatakan, perdebatan terakhir itu tidak akan berdampak banyak pada pemilihan nanti, yang menunjukkan Obama dan Romney akan menghadapi pemilihan yang sangat alot. Kedua kandidat kini melakukan kampanye dua minggu terakhir di negara-negarabagian yang suaranya belum pasti.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement