Kamis 25 Oct 2012 04:04 WIB

Ancaman Obama-Romney dalam Debat untuk Kampanye

Ahmad Vahidi
Foto: AP
Ahmad Vahidi

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Menteri Pertahanan Iran Brigadir Jenderal Ahmad Vahidi mengecilkan laporan gila perang yang dibuat Barack Obama dan Mitt Romney dalam debat presiden terakhir mereka. Ia mengatakan, pernyataan tersebut hanya dibuat untuk tujuan kampanye.

Dalam debat presiden sesi ketiga, Presiden AS Barack Obama dan penantangnya Mitt Romney Senin (22/10), berbicara tentang aksi militer terhadap Iran- meskipun mereka berdua sepakat serangan militer atas program nuklir Iran menjadi pilihan "terakhir".

Sebagai jawaban, kepada wartawan di Teheran, Rabu, (24/10), Vahidi mengatakan, Obama dan Romney berusaha untuk memenangkan dukungan dari lobi-lobi Zionis dan berusaha untuk menenangkan kaum Zionis.

"Amerika sendiri tahu, bahwa mereka tidak dapat melakukan operasi militer terhadap Iran, dan komentar seperti itu bukan bertujuan kampanye pemilu," kata Vahidi, seperti dikutip Kantor Berita Fars.

Dalam debat itu, mantan Direktur Badan Intelijen Amerika Serikat (CIA) Michael Hayden juga memuji pernyataan Mitt Romney terkait masalah program energi nuklir Iran.

"Selama tiga dan setengah tahun, saya memulai pengamatan terhadap nuklir Iran. Itu adalah masalah yang semakin memburuk," ujarnya.

"Apa yang akan dilakukan Romney adalah sama dengan yang saya ucapkan sejak saya meninggalkan pemerintahan ini dan sejujurnya, saya memandang nuklir Iran sebagai suatu tren yang menyebabkan ketidakstabilan," imbuhnya.

Israel dan Amerika Serikat menuduh Iran berusaha membuat senjata nuklir, sementara mereka tidak pernah menyajikan dokumen nyata untuk mendukung tuduhan mereka. Washington dan Tel Aviv memiliki senjata canggih pemusnah massal, termasuk hulu ledak nuklir.

Iran dengan keras membantah tuduhan tersebut dan bersikeras program nuklirnya adalah hanya untuk tujuan damai. Amerika Serikat juga menekankan aksi militer adalah pilihan utama Gedung Putih untuk mencegah kemajuan Iran di bidang teknologi nuklir.

"Saya tidak akan membuang kesempatan untuk sebuah negosiasi, namun saya tidak menggunakan negosiasi untuk mengakhiri masalah. Saya akan mendukung penjatuhan sanksi yang berat dan peningkatan isolasi diplomatik terhadap Iran. Saya cukup terkejut ketika warga bertanya, 'seperti apa negosiasi yang akan dilakukan kepada Iran' dan pada saat itu, presiden tidak menjawab," kata Michael Hayden.

Sebagai tanggapan, Iran memperingatkan akan membalas AS, Israel dan mengancam kepentingan mereka di seluruh dunia dan akan menutup Selat strategis Hormuz, jika mereka menyerang program nuklirnya. Selat Hormuz, adalah pintu masuk ke perairan Teluk Persia yang strategis, dan merupakan rute pengiriman minyak utama ke Eropa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement