REPUBLIKA.CO.ID, SITTWE -- Dalam lima hari, 112 orang tewas akibat kekerasan etnis dan sekte di Rakhine, sebelah barat Myanmar. Data tersebut dilansir secara resmi dari pemerintah Myanmar, Jumat (26/10) malam.
Juru Bicara Negara, Win Myaing dalam wawancara dengan The Irrawaddy mengatakan, sebanyak 51 pria dan 61 wanita dikonfirmasi telah tewas di enam kota di Rakhine. Jumlah tersebut terhitung sejak bentrokan antara warga Rakhine Buddha dan Muslim Rohingya pekan lalu.
Tak hanya itu, 68 orang terluka, 10 diantaranya anak-anak. Sebagian besar korban merupakan muslim Rohingya dan beberapa korban dari warga Rakhine.Jumlah korban tercatat meningkat signifikan dari jumlah yang diumumkan pemerintah kota Rakhinee pada Kamis (25/10) lalu.
Pemerintah Rakhine melansir data korban tewas sebanyak 56 orang dan 2 ribu rumah terbakar. Sementara Televisi lokal Myanmar mengabarkan 67 orang tewas, 95 orang terluka serta 2.818 rumah hangus terbakar. Menurut Human Right Watch, jumlah korban tewas mungkin jauh lebih tinggi dari yang tercatat.
Menurut warga setempat, sejak Sabtu situasi telah kembali tenang. Win Myaing juga menyatakan, tak ada laporan bentrokan baru yang dia terima. Situasi mereda setelah beberapa malam kerusuhan dan pembakaran yang terus bergejolak di Kota Kyaukpyu, Kyauktaw, Minbyar, Mrauk-U, Pauktaw dan Raethedaung.
Saat ini pasukan keamanan Myanmar masih berjaga di beberapa jalan dan kota tersebut. Jam malam juga diberlakukan untuk membatasi pertemuan antar kelompok warga di kota Kyaukpyu, Minbyar dan Mrauk-U. Bahkan di Kyaukpyu, petugas keamanan melarang adanya pertemuan lebih dari lima orang.
Menurut keterangan salah seorang warga Kyaukpyu yang enggan disebut nama, keluarga muslim Rohingya di kota tersebut dipaksa meninggalkan rumah mereka pada Kamis (25/10). Kemudian keesokan paginya, sekitar pukul 06.00 waktu setempat, beberapa orang menjarah dan membakar banyak rumah.
"Banyak orang berkeliaran, menjarah rumah mereka (Muslim Rohingya yang melarikan diri) kemudian membakar rumah tersebut," tuturnya, seperti dilansir The Irrawaddy.
Pemerintah Kota meminta semua muslim di Kyaukpyu pindah ke sebuah tenda pengungsian sementara yang didirikan di luar kota. Upaya tersebut menurut pemerintah sebagai perlindungan bagi mereka. Namun sekitar 40 kapal mengangkut penuh pengungsi muslim Rohingya memasuki Kota Sittwe, meski pemerintah telah melarang mereka memasuki kota.
Sedikitnya 70 ribu warga yang didominasi muslim Rohingya telah meninggalkan desa mereka dan mencari tempat tinggal di desa lain. Beberapa warga Rakhine Buddha juga meninggalkan tempat tinggal mereka dan berlindung di kuil.