Selasa 30 Oct 2012 01:31 WIB

Strategi Ala Libya di Suriah Kreasi Barat

Warga berkerumun di depan bangunan yang hancur diserang bom di kawasan Jaramana, Damaskus, Suriah, Senin (29/10).
Foto: AP Photo/SANA
Warga berkerumun di depan bangunan yang hancur diserang bom di kawasan Jaramana, Damaskus, Suriah, Senin (29/10).

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS - Sejak menyadari kegagalannya di Suriah, Barat berupaya menjalankan stategi di Libya untuk diterapkan di Suriah. Demikian disampaikan pengamat politik majalah Executive Intelligence Review, William Jones, dalam sebuah wawancara dengan Press TV, Senin (29/10).

"Barat berusaha menerapkan di Suriah apa yang sudah mereka terapkan di Libya. Barat menghadapi perlawanan rakyat di Suriah dan gagal mendapatkan hasil sesuai harapan," bebernya.

Ia menambahkan seruan terakhir pemimpin Alqaidah, Ayman al-Zawahiri pada kaum Muslimin untuk mendukung pemberontakan di Suriah akan memperparah krisis Suriah. Pemimpin Alqaidah itu menghasut umat Islam di dunia untuk bergabung dengan kelompok teroris di Suriah untuk menumbangkan Bashar Assad.

Menurut laporan SITE Monitoring Sabtu (27/10), Al-Zawahri, yang menjadi pemimpin Alqaidah tahun lalu usai kematian Usamah bin Ladin, memuat pesan hasutan tersebut lewat video yang berdurasi lebih dari dua jam dan dimuat dalam situs resmi Alqaidah. 

Dalam pesan terbaru itu, ia mendesak kepada Muslimin untuk bergabung dengan teroris bersenjata di Suriah dan melawan Presiden Suriah Bashar al-Assad.

"Saya mendorong umat Islam dimanapun berada, terutama di negara-negara yang berdekatan dengan Suriah, untuk bangkit mendukung saudara-saudara di Suriah dengan semua apa yang mereka bisa, dan memberikan peluang apa pun yang mereka bisa tawarkan," katanya.

Menurut Jones, jika Suriah tidak bisa stabil kembali maka Suriah akan menjadi sarang Salafi dan teroris. "Mereka akan bergerak merambah ke negara lain," kata Jones. 

Jones juga mengatakan situasi kacau Suriah khususnnya dan dunia Arab umumnya, sepertinya Zawahiri akan mendapat dukungan banyak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement