REPUBLIKA.CO.ID, Setidaknya sembilan dari sepuluh Muslim Amerika memberi dukungan ke kandidat Demokrat dalam dua pemilu presiden terakhir. Satu alasan utama karena kebijakan dan retorika Partai Republik dianggap anti-Muslim. Pada 2008 mereka berpikir Presiden Obama akan mengantar mereka ke era ketika Muslim bakal lebih diterima dan ada perbaikan dalam hubungan Islam dan Amerika.
Namun tahun ini dukungan Muslim Amerika bagi Obama menunjukkan tanda-tanda memudar. Bahkan penurunan dukungan diprediksi bisa memengaruhi pemilu presiden 2012, terutama negara-negara dengan pemilih mengambang (swing voters) di mana ribuan pemilih saja bisa memberi efek besar.
Beberapa negara bagian itu, terutama Virginia, Michigan, Florida, Pennsylvania, Colorado, dan Ohio, menurut para pakar, seperti dilansir Huffington Post, Rabu (31/10), memiliki cukup banyak pemilih Muslim yang mampu mengubah persaingan pemilu berjalan ketat.
Menurut poling pada 24 Oktober yang dilakukan kepada 500 pemilih Muslim, 68 persen Muslim menyatakan mereka akan memilih Presiden Obama, sementara 25 persen tak memutuskan. Poling yang dirilis 24 Oktober lalu oleh Dewan Hubungan Islam Amerika (CAIR), memiliki marjin kesalahan 5 persen. Dalam poling itu disebut pula 91 persen Muslim bermaksud memberikan suara.
Meski Muslim Amerika tetap meletakkan topik kebijakan luar negeri dan hak sipil dalam posisi sangat penting, survei CAIR menunjukkan mereka--seperti warga Amerika lain--juga menempatkan situasi ekonomi dan lapangan pekerjaan di urusan pertama, diikuti dengan kesempatan pendidikan dan hak terhadap akses kesehatan.
"Kami datang ke negara ini demi kesempatan yang ditawarkan kepada kami dan kami akan fokus terhadap masalah-masalah domestik yang mempengaruhi seluruh rakyat Amerika, sebab ini rumah kami sekarang," ujar warga New York, Zeba Iqbal, pendukung Obama dan mantan direktur eksekutif Council for the Advancement of Muslim Professionals.
Namun, banyak pula Muslim Amerika yang kecewa dengan Obama terkait sejumlah kebijakan, termasuk dukungannya terhadap Patriot Act, undang-undang kontraterorisme yang mereka sebut tak adil karena menyasar Muslim. Muslim juga gusar dengan operasi FBI yang melanggar hak-hak sipil mereka, yang dianggap aktivis sebagai jebakan.
Tambahan lagi, banyak Muslim kecewa karena Obama tidak menentang sikap Kepolisian New York yang diduga memata-matai Muslim Amerika di kota tersebut. Sementara di luar negeri, deret kebijakan Obama sangat disesalkan, mulai dari peningkatkan serangan pesawat tanpa awak di Pakistan dan Afghanistan yang membunuh puluhan warga sipil, status Palestina yang belum merdeka, hingga sikap lunak Washington terhadap negara-negara opresif seperti Saudi, Bahrain namun berstandard ganda terhadap negara lain, seperti Suriah.
Sebagian Muslim AS meyakini perang Irak adalah kecerobohan fatal dan menyeru agar AS segera keluar dari Afghanistan. Mereka juga meyakini Amerika sudah benar dengan menjauh dari Revolusi Hijau sesaat di Iran, di mana orang-orang cenderung curiga dengan pemerintah Amerika.
Namun di Suriah, di mana pasukan orang kuat Bashar al Assad telah membunuh puluhan ribu warganya, lebih dari dua pertiga Muslim, masih menurut survei CAIR, menginginkan AS lebih mendukung pemberontak anti-Assad.
"Rakyat di bawah menanyakan ini. Orang-orang sekarat di sana," ujar Rashad, Al Dabbagh, juru bicara Dewan Suriah Amerika, sebuah grup advokasi pendukung pemberontak Suriah. Ia menyatakan mereka ingin Amerika memberi persenjataan berat seperti anti-jet tempur, senjata antitank kepada pemberontak dan juga menemukan dewan pemberontak berada. Dua gagasan ini yang diusung Romney dalam debat antarcapres ketiga.