REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Presiden Prancis Francois Hollande dalam kunjungan singkat ke Beirut, pada Ahad (4/11), menjanjikan dukungan bagi Lebanon menghadapi ancaman kekacauan akibat konflik berdarah di Suriah.
"Prancis akan melakukan segala usaha untuk menjamin kemerdekaan, keutuhan dan keamanan Lebanon," kata Hollande dalam jumpa wartawan bersama dengan Presiden Lebanon Michel Sleiman, seperti dilansir AFP.
Kata dia, Prancis memutuskan menentang setiap upaya yang menggoyahkan Lebanon. Hollande kemudian bertolak menuju Arab Saudi untuk berunding dengan Raja Abdullah mengenai Suriah dan Iran. Kepergiannya itu dilakukan sebelum menghadiri KTT Asia-Eropa di Laos membicarakan perdagangan pada saat krisis ekonomi.
Tetapi masalah-masalah keamanan dan politik menjadi agenda utama dalam perundingannya dengan Sleiman di Beirut, pada saat Lebanon dilanda kesulitan akibat konflik yang melanda Suriah sejak pertengahan Maret 2011.
Kunjungan itu dilakukan dua minggu setelah oposisi Lebanon mendesak Perdana Menteri Najib Mikati, yang kabinetnya dikuasai kelompok Hizbullah sekutu kuat Suriah, mengundurkan diri.
Oposisi menuduh pemerintah terlibat kerja sama dengan pemerintah Presiden Suriah Bashar al-Assad, mantan penengah dalam krisis Lebanon yang juga dituduh melakukan pembunuhan terhadap mantan perdana menteri Rafiq Hariri tahun 2005. Tuduhan itu dibantah Damaskus.
Desakan pengunduran Mikati itu dipicu oleh satu ledakan bom mobil di Beirut tengah bulan lalu yang menewaskan pejabat penting keamanan Wissam al-Hassan. Ledakan itu disebut-sebut oposisi, dilakukan Suriah dan sekutu-sekutunya di Lebanon.