Senin 05 Nov 2012 02:30 WIB

Alhamdullilah Iran Tunda Pengayaan Uranium

Rep: Bambang Noroyono/ Red: M Irwan Ariefyanto
Uranium (ilustrasi).
Foto: nuclearfissionary.com
Uranium (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,TEHERAN - Iran menghentikan sementara progam pengayaan uraniumnya hingga tingkat kemurnian 20 persen. Tingkat kemurnian itu merupakan langkah awal pembuatan senjata Nuklir. Teheran mengambil kebijakan tersebut sebagai modal perundingan nuklir seusai pemilihan presiden di Amerika Serikat pekan mendatang.

Anggota Parlemen Iran Bidang Kebijakan Luar Negeri dan Keamanan Nasional Mohammad Hossein Asfari mengatakan kepada kantor berita ISNA, langkah ini merupakan kemauan yang baik dari Iran untuk keluar dari sanksi ekonomi yang dijatuhkan Uni Eropa dan AS. “Ini adalah iktikad baik kami,” kata dia seperti dikutip Alarabiyah.

Iran menjadi bulan-bulanan negara-negara Barat karena program nuklirnya. Eropa bersama AS secara beruntun melayangkan sanksi ekonomi terhadap negara itu. Mereka meyakini, program nuklir negara Iran tidak ramah dan mengancam kawasan. Barat menuduh Teheran berambisi membangun senjata nuklir, sehingga mengancam kawasan.

Badan Pengawas Atom Internasional seperti dikutip Guardian menyebutkan, cadangan uranium Iran dengan tingkat pengayaan 20 persen Iran berjumlah 90 kilogram. Para ahli nuklir mengatakan, untuk suatu perangkat bom nuklir, setidaknya membutuhkan 200 sampai dengan 250 kilogram uranium murni. Para ahli menaksir Iran akan mencapai jumlah tersebut dalam waktu setahun. Iran telah berulang kali mengelak dan menjelaskan program nuklirnya adalah untuk tujuan damai, memenuhi kebutuhan listrik negara itu.

Sanksi pertama yang dikeluarkan Eropa dan AS ditujukan untuk memangkas ekspor minyak mentah negara pimpinan Mahmud Ahmadinejad ini. Dampak dari larangan ekspor tersebut membuat jumlah ekspor minyak Iran terjun bebas. Dari 2,2 juta barel per hari menjadi 860 ribu barel perhari pada penghujung 2011.

Tidak cukup di situ, sanksi kedua melarang perusahaan global untuk melakukan kerja sama dengan Iran membuat negara tersebut kelimpungan. Hingga sekarang nilai uang Rial Iran (IRR) merosot tajam terhadap dolar AS. Penurunan mencapai 80 persen dibandingkan tahun lalu. Kondisi ini mendorong inflasi di negara tersebut.

Pemerintahan di Teheran sempat melawan dan mengancam akan menutup Selat Hormuz dari kegiatan perairan ekonomi internasional jika sanksi tersebut tidak dicabut. Tapi, ancaman tersebut tidak terealisasi hingga sekarang. Sementara, Israel berulang kali juga mengancam akan menyerang Iran jika tidak menutup fasilitas nuklirnya di Fordow. Pekan lalu, sebanyak 50 komoditas bahan pokok yang masuk ke negara tersebut dihentikan.

Secara terpisah, parlemen Iran, Ahad (4/11), meminta kepada Presiden Ahmadinejad agar menjelaskan situasi ekonomi negara kepada anggota dewan dalam bulan ini. Pemanggilan ini merupakan yang kedua, tak kurang dari satu tahun terakhir. Banyak kalangan oposisi di parlemen mengkritisi Ahmadinejad yang gagal mengatur perekonomian negara.

sumber : reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement