REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Militer Israel berencana meningkatkan kemampuan dan memperluas perang-cybernya dengan Unit 8200. Demikian dilaporkan media Israel, Ahad, (4/11), seperti dilaporkan Press TV.
Saat ini, tentara Israel menghadapi kekurangan cyber army, untuk itu rezim Tel Aviv melakukan perekrutan para hacker komputer sebanyak mungkin dari seluruh dunia untuk mengembangkan persenjataan cyber mereka.
Para pejabat militer diberi tugas mencari para jenius komputer muda dan membujuk mereka untuk berimigrasi ke Israel dengan memberikan posisi menggiurkan sebagai cyber army.
Selain itu, intelijen militer Israel juga berinvestasi sekitar dua miliar shekel atau sekitar 525 juta dolar pada tahun-tahun mendatang untuk merealisaikan tujuannya itu.
Dunia internasional menuduh rezim Israel dan Amerika Serikat (AS) selama ini adalah pelaku serangan cyber di berbagai negara, utamanya di Timur Tengah dan Afrika Utara.
Pada 2009, sebuah malware pertama kali yang dikenal dengan Stuxnet digunakan cyber untuk menyerang fasilitas nuklir Iran. Sementara pada 2011, malware 'Flame' juga menyerang fasilitas industri minyak Iran.