REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Anggota Majelis Iran, untuk Komisi Keamanan Nasional dan Kebijakan Luar Negeri, Jalali Kazzem menjelaskan tuduhan media Barat terkait penghentian pengayaan uranium 20 persen Iran, sangat tidak benar.
"Klaim ini tidak berdasar, karena 20 persen uranium yang diperkaya yang diperlukan untuk riset Reaktor Teheran untuk medis masih terus berlangsung," katanya, di Teheran, Ahad (4/11), seperti dibertaikan kantor Berita Fars.
Ia mengatakan, adalah hak azasi Iran untuk melakukan pengayaan uranium bahkan hingga mencapai 20 persen. "Sejalan dengan pembelaan hak-hak nuklir kami, kami percaya bahwa pengayaan uranium adalah hak mutlak kami," katanya menegaskan.
Beberapa sumber media, Sabtu, (3/11) memberitakan Iran telah menghentikan kegiatan pengayaan 20 uraniumnya untuk mempersiapkan negosiasi baru dengan AS, setelah Pemilu Presiden AS pekan depan.
"Kegiatan pengayaan uranium 20 persen tetap berlanjut dan seperti sebelumnya tidak ada perubahan yang terjadi," kata seorang sumber informasi Sabtu malam.
Para pejabat Iran berulang kali menegaskan adalah hak Iran untuk memperkaya uranium sampai tingkat 20 persen, dan kekuatan dunia harus mengakui hak ini dalam negosiasi.
Kekuatan dunia sebelumnya mendesak Iran untuk menghentikan pengayaan uranium 20 persen. Namun, para pejabat Iran bersikras akan melanjutkan kegiatan pengayaan yang dibutuhkan untuk produksi isotop bagi pengobatan sekitar 1 juta pasien kanker di Iran.