REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Duta Besar Iran untuk PBB, Mohammad Khazaee menegaskan negaranya memiliki hak pengembangan energi nuklir untuk tujuan damai.
Ia juga menolak laporan IAEA jika Iran tidak kooperatif dalam investigasi dugaan proyek rahasia senjata nuklir. Khazaee menyebut laporan IAEA tidak kredibel karena berdasarkan laporan palsu dari Israel dan AS.
Iran beberapa kali membantah kekhawatiran masyarakat Internasional yang menuding Iran diam-diam membuat senjata nuklir. Negeri Para Mullah itu dituduh mengubah program uranium untuk membuat senjata menyusul perluasan jumlah mesin uranium yang dilakukan Pemerintah Iran.
Bahkan, Israel mengancam akan menyerang fasilitas nuklir Iran jika negara pimpinan Mahmoud Ahmadinejad tersebut melebihi batas pembuatan bom. (baca: PBB Merajuk Iran tak Kooperatif Soal Nuklir).
Sebelumnya dikabarkan, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanhayu mengatakan siap melakukan serangan terhadap fasilitas nuklir Iran jika diperlukan. Ia memastikan Iran tak akan pernah memiliki bom atom.
"Saya tentu saja siap menekan tombol, jika diperlukan. Tanggung jawab terletak pada perdana menteri. Dan selama saya menjadi perdana menteri, Iran tak akan pernah memiliki bom atom. Jika tidak ada cara lain, Israel siap bertindak," ujarnya seperti dikutip Al-Arabiya.
Pada 2010, Netanhayu bersama Menteri Pertahanan Israel, Ehud Barak juga mengeluarkan ancaman serupa. Tentara Israel diperintahkan mempersiapkan diri guna menyerang nuklir Iran.
Namun perintah tersebut kemudian dicabut karena terjadi masalah internal Israel. Sebagai sekutu AS, Negeri Zionis itu menolak keras upaya Iran mengembangkan nuklir untuk membuat senjata. Namun Iran berkali-kali membantah tudingan tersebut dan mengatakan nuklir Iran hanyalah sebagai pembangkit listrik dan keperluan medis.