Selasa 06 Nov 2012 18:32 WIB

Bantuan Medis Korban Kekerasan di Myanmar Ditolak

Rep: Afriza Hanifa/ Red: Dewi Mardiani
 Sejumlah orang mengumpulkan potongan logam dari puing perkampungan Pauktaw yang dibakar dalam kekerasan baru-baru ini di Rakhine,Myanmar, Sabtu (27/10). (Soe Zeya Tun/Reuters)
Sejumlah orang mengumpulkan potongan logam dari puing perkampungan Pauktaw yang dibakar dalam kekerasan baru-baru ini di Rakhine,Myanmar, Sabtu (27/10). (Soe Zeya Tun/Reuters)

REPUBLIKA.CO.ID, NAYPYIDAW -- Bantuan medis untuk korban kekerasan antara Buddha Rakhine dan Muslim Rohingya dicegah masuk ke Myanmar Barat. Dokter dari kelompok bantuan Eropa "Without Borders" dilarang membantu puluhan ribu orang yang membutuhkan bantuan medis akibat kerusuhan antar dua sekte tersebut.

"Ini keterlaluan dokter tidak diizinkan menjalankan tugasnya memberikan pengobatan bagi mereka yang membutuhkan bahkan terancam jiwanya," ujar manajer operasi bantuan untuk Myanmar, Joe Belliveau, seperti dilansir AP, Selasa (6/11).

Belliveau mengatakan, pihaknya dilarang akibat ketegangan yang terjadi antar dua sekte. Sebagian anggota kemanusiaan bahkan diancam melalui surat, media sosial bahkan poster dan pamflet di kota Sittwe.

"Apa yang kita lakukan hanya memberikan bantuan medis, dan sama sekali tidak terlibat dalam situasi politik," ujarnya. Padahal, kelompok medis yang juga dikenal sebagai Medecins Sans Frontieres telah bekerja di Rakhine sejak tahun 1994. Namun, mereka kini dilarang membuka klinik ataupun menyediakan perawatan di sana.

Pekan lalu pemerintah Myanmar mengatakan 89 orang tewas, 136 terluka, 5 ribu rumah dibakar dan lebih dari 32 ribu orang kehilangan tempat tinggal akibat kekerasan di Rekhine bulan Oktober lalu. Kekerasan serupa terjadi pada Juni lalu yang menewaskan 90 orang dan 75 ribu orang kehilangan tempat tinggal.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement