Rabu 07 Nov 2012 23:32 WIB

Perjalanan Pertama Obama Pasca-Pilpres, ke Myanmar

Presiden AS Barack Obama
Foto: AP
Presiden AS Barack Obama

REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Perjalanan pertama ke luar negeri setelah pemilu presiden Amerika Serikat bagi Presiden terpilih Barack Obama adalah ke Myanmar. Obama dijadwalkan ke Myanmar, akhir bulan ini.

Kunjungannya ke Myanmar merupakan dukungan Washington bagi perubahan yang terjadi di negara itu. "Obama akan datang ke Yangon pada 19 November. Ia akan bertemu dengan Presiden dan Daw Aung San Suu Kyi di sini," kata pejabat itu kepada kantor berita Prancis, AFP, Rabu (7/11).

Kepergiannya itu memanfaatkan waktu sempit yang tersedia bagi Obama sebelum perayaan kemenangannya di Pilpres AS, Selasa (6/11). Meski demikian, Gedung Putih belum memastikan perjalanan presiden ke Myanmar.

Hubungan Amerika Serikat dengan Myanmar mencair sejak Presiden Thein Sein memimpin pemerintahan pada tahun lalu dan membuat rangkaian perubahan. Myanmar membebaskan ratusan tahanan politik, menyambut partai peraih Nobel Perdamaian Aung San Suu Kyi kembali ke arus induk politik dan menandatangani serangkaian kesepakatan gencatan senjata dengan suku pemberontak.

Thein Sein melakukan perjalanan bersejarah ke New York pada September. Dia menjadi pemimpin pertama Myanmar berbicara di Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, menyusul serangkaian kunjungan ke Myanmar oleh pejabat Amerika Serikat, termasuk Menteri Luar Negeri Hillary Clinton.

Sebagai tanggapan atas perubahan di Myanmar, Amerika Serikat dan negara Barat lain mengurangi hukuman, kendati ada kekhawatiran tentang pergolakan suku di negara bagian utara, Kachin, dan gelombang kekerasan kaum di Rakhine barat antara warga Birma dengan kelompok Rohingya.

Muslim Rohingya Myanmar dianggap banyak warga suku besar Birma sebagai pendatang gelap dari Banglades. Perserikatan Bangsa-Bangsa menganggap mereka salah satu kelompok kecil paling teraniaya. Bentrokan pada Juni, diikuti pertempuran baru pada Oktober, menewaskan 180 orang dan mengusir sekitar 110.000 orang.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement