Jumat 09 Nov 2012 14:08 WIB

Raja Burger Terimbas Krisis

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Dewi Mardiani
McDonalds
Foto: AFP
McDonalds

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Penguasa rantai makanan cepat saji terbesar di dunia, McDonald, untuk pertama kalinya terimbas krisis ekonomi Eropa dan Amerika. Hampir satu dekade, penghasilan Raja Burger itu menurun sejak Oktober lalu.

Pendapatan McDonald, secara global, menurun hingga 1,8 persen pada Oktober. CEO McDonald, Don Thompson, memaparkan perusahaan yang berbasis di Illinois Amerika Serikat itu mengalami penurunan pendapatan 2,2 persen di Amerika Serikat dan Eropa. Berikutnya 2,4 persen di Asia, Timur Tengah, dan Afrika.

"Tantangan kami adalah bisa menyerap pasar global saat ini," ujar Thompson dikutip dari the Guardian, Jumat (9/11). Penjualan McDonald melambat baru-baru ini tersaingi keberadaan Burger King, dan Wendy.

Analis dari Technomic, Darren Tristano, mengatakan setiap perusahaan restoran makanan cepat saji menggunakan berbagai cara untuk menarik pelanggannya. “Langkah McDonald mengalihkan Dollar Menu ke Extra Menu awal tahun ini adalah satu kesalahan,” katanya. Konsep Dollar Menu adalah menghargai menu makanan seharga satu dolar AS. Sayangnya, McDonald menghilangkan menu kentang goreng kecil dan minuman ringan kecil dari Dollar Menu.

Chairman Yum Brands Inc, Taco Bell, yang merupakan pesaing McDonald justru menikmati pertumbuhan pendapatan, karena mempersembahkan banyak menu makanan baru. Taco Bell menantang McDonald dengan memperkenalkan konsep "Mengapa Bayar Lebih (Why Pay More Menu)." Taco Bell bahkan bisa menyajikan menu yang hanya dihargai 89 sen hingga 99 sen saja.

Di Asia, perusahaan berencana menyesuaikan menu-menunya dengan selera lokal. Hal ini sudah dilakukan McDonald di beberapa negara lain di dunia.

Saham McDonald turun 61 sen dolar AS menjadi 86,23 dolar AS dalam pembukaan perdagangan di Bursa. Tren penjualan hingga akhir tahun berpotensi negatif.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement