REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Rusia akan mendukung pembicaraan antara Amerika Serikat (AS) dan Iran mengenai program nuklir Teheran. Deputi Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Ryabkov, menurut laporan Financial Times, Ahad (12/11) mengatakan bahwa perundingan itu dapat membantu mencegah konflik antara Israel dan Iran.
Soal reaksi Moskow soal pembicaraan itu, Ryabkov mengatakan, "Kami tidak akan berkomentar terhadap ini. Tentu saja, kita berharap kita akan diberi tahu mengenai isi dari perjanjian-perjanjian mereka itu. Kami menginginkan sesuatu yang akan membawa semua orang keluar dari masalah ini."
Dilaporkan AFP, Ryabkov, Kepala perunding Rusia mengenai program nuklir Iran, memastikan bahwa kontak informal antara AS dan Iran sedang berlangsung.
Iran yang cukup terganggu dengan beragam sanksi internasional atas program nuklirnya itu akan menghadapi empat tahun lagi masa pemerintahan Presiden Barack Obama. Untuk penyelesaian masalah itu, tentu tak bakal terjadi dalam waktu semalam.
Terpilihnya kembali Obama pekan lalu menarik respon ganda dari Presiden Mahmoud Ahmadinejad. Ahmadinejad berharap AS dapat mengubah kebijakan luar negerinya. "Kami harap hal yang paling penting dalam kelanjutan pemerintahan Obama adalah perubahan sikap AS dan kebijakan luar negerinya," kata Ahmadinejad saat jumpa pers di Nusa Dua, Bali, Kamis lalu.
Menurut dia, siapapun pemimpin Amerika yang terpilih harus mengerti bahwa kebijakan campur tangan kepada negara lain harus direformasi. "Seharusnya campur tangan itu bisa diubah menjadi persahabatan dan rasa saling menghargai kepada seluruh negara," kata Ahmadinejad yang telah menghadiri Forum Demokrasi Bali (BDF).
Selain itu, Iran berharap AS dapat meninjau kembali keberadaan beberapa basis pertahanan militernya di sejumlah negara. "Jika mereka mengubah arah strategi mereka, maka masyarakat Iran dan negara lain tentu akan saling membantu bersama AS menciptakan dunia yang lebih baik," kata presiden.