Senin 12 Nov 2012 20:54 WIB

Rusia Desak Oposisi Suriah tak Minta Bantuan Barat

Tank Suriah
Tank Suriah

REPUBLIKA.CO.ID,MOSKOW -- Rusia mendesak pihak oposisi Suriah tak meminta campur tangan Barat dalam menyelesaikan konflik di Suriah. Koalisi Oposisi yang baru terbentuk diminta mencari solusi negosiasi dalam upaya menggulingkan rezim Bashar Al-Assad.

Kementerian Luar Negeri Rusia menyikapi dingin kelompok opsisi yang didukung negara Arab dan Barat. Rusia menentang oposisi yang menyatakan telah sepakat tak akan menggelar negosiasi dengan pihak rezim.

"Kriteria utama tetap kesiapan aliansi (oposisi) tersebut untuk bertindak atas dasar resolusi konflik secara damai dengan Suriah tanpa campur tangan eksternal, yakni dengan dialog atau perundingan," ujar pernyataan Kemenlu.

Juru Bicara Kemenlu Rusia, Alexander Lukashevich mengatakan, pemerintah Rusiah akan terus menjalin komunikasi baik dengan pemerintahan Assad maupun pihak oposisi. Rusia akan terus mendesak keduanya mengambil solusi negosiasi.Pihak Rusia menyatakan tak berpihak pada Presiden Assad.

Namun negara Asia tersebut terus mengekspor senjata pada Assad yang memang menjadi pelanggan setia. Rusia juga dikabarkan memberikan fasilitas militer pada Suriah.Setelah diminta pihak AS dan Arab, oposisi bersatu membentuk koalisi baru.

Setelah melalui perundingan panjang, mereka pun berhasil menyatukan pandangan dan membangun kekuatan di pengasingan. Sementara Barat terus mengkritik Rusia dan Cina yang memveto resolusi Dewan Keamanan PBB untuk menekan Assad mengakhiri konflik.

Sebelumnya dikabarkan, oposisi meminta Barat memberikan bantuan tak hanya dukungan namun juga dana dan senjata untuk melawan rezim Assad.  Pemimpin Dewan Nasional Suriah (SNC), George Sabra mengatakan, kekuatan Barat harus memberikan bantuan maupun dukungan kepada oposisi.

Menurut Sabra, oposisi Suriah membutuhkan ratusan juta dolar bantuan dan senjata untuk mengalahkan pasukan rezim."Masyarakat internasional harus mendukung kami dan memberikan senjata mereka tanpa menetapkan syarat apapun, termasuk mengubah kepemimpinan dalam organisasi kami," kata Sabra

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement