REPUBLIKA.CO.ID,LONDON - London terancam kehilangan mahkotanya sebagai pusat keuangan terkemuka di dunia. Centre for Economics and Business Research (CEBR) memperkirakan hal itu akan terjadi 2015 mendatang.
Kota Ksatria itu tengah terhimpit rentetan permasalahan ekonomi yang buruk. Banyak bank-bank besar di Inggris melakukan penyimpangan, seperti Barclay dan HSBC. Bank-bank besar diduga menyimpan sejumlah rekening bandel yang berhubungan langsung dengan pembiayaan dana teroris, dan narkoba.
Pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran dilakukan banyak perusahaan. Terakhir, persaingan bisnis pelabuhan yang ketat dengan New York, Hong Kong, dan Singapura ikut menekan pendapatan London.
Direktur Eksekutif CEBR, Douglas McWilliams menggambarkan konsekuensi mengerikan bagi perekonomian Inggris akan terjadi lebih luas. "Pendapatan Pemerintah Kota London akan menurun menjadi 40 miliar poundsterling tahun ini dibandingkan 70 miliar poundsterling pada 2007 dan 2008," katanya dikutip dari the Guardian, Selasa (13/11).
Pemerintah pusat juga sulit melakukan penyeimbangan untuk mempertahankan London sebagai pusat keuangan terkemuka di dunia, sekaligus kontributor pajak pendapatan Inggris yang sama. Pasalnya, bonus kerja untuk para angkatan kerja, khususnya bankir di London terus turun. Angkanya dari 11,56 miliar poundsterling pada 2008 turun menjadi 6,75 miliar poundsterling pada 2011, dan anjlok menjadi 4,4 miliar poundsterling tahun ini.
Hal tersebut pada akhirnya menyebabkan banyak lembaga keuangan dan perbankan di London akan mengurangi tenaga kerjanya. Serapan tenaga kerja finansial di London bahkan kalah dibandingkan Singapura tahun ini.
Pada Maret lalu, George Osborne berjanji dalam pidatonya untuk memberikan sedikit keringanan pajak. "Hal ini bertujuan agar serapan anggaran lapangan pekerjaan bisa lebih tinggi dan lapangan pekerjaan yang dibuka semakin banyak," katanya.
Sejumlah perusahaan di London akan mendapatkan kredit agar bisa memproduksi lebih banyak barang untuk dikonsumsi di dalam negeri dan diekspor ke luar negeri. Mitra utama Inggris untuk ekspor adalah Amerika Serikat dan negara-negara Uni Eropa.
CEBR juga memperkirakan angka tenaga kerja London akan jatuh ke level terburuknya dari krisis 1993. Jumlahnya yang tersisa hanya 237.036 orang dibandingkan 350 ribu orang setahun sebelumnya. Jumlah orang yang dipekerjakan di sektor keuangan di London, termasuk akuntan, dan pengacara kebanyakan telah merosot di bawah 250 ribu orang tahun ini. Jumlah mereka menusut 11 persen dari tahun lalu.