REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Sebagian rakyat di Beijing tidak peduli pada keputusan politik, yang akan dihasilkan dalam Kongres Nasional ke-18 Partai Komunis Cina (PKC), yang berlangsung 8 hingga 14 November 2012.
"Bagi kami, apa pun hasilnya sudah dapat diperkirakan dan bagi kami tidak ada pengaruhnya sama sekali," kata Wang An, pengusaha restoran di Beijing, Selasa (13/11).
Ia menambahkan, "yang penting bagi kami ialah kebutuhan pokok dapat dipenuhi dengan harga terjangkau, kesejahteraan terjamin sudah lebih baik bagi kami. Usaha dapat terus berjalan lancar, sudah sangat baik bagi kami."
Hal senada diungkapkan Li Shusong, yang mengatakan siapa pun memimpin Cina pada masa depan, bagi rakyat, kebutuhan dasar dapat terpenuhi dengan kemampuan ekonomi sesuai.
"Saya melihat tidak akan ada yang berbeda dan itu tidak masalah bagi saya sepanjang saya dapat terus menjalankan usaha saya dengan baik, harga dapat dijangkau," kata pria sehari-hari berjualan barang kelontong itu.
Kongres Nasional ke-18 Partai Komunis Cina, yang berlangsung di Balai Agung Rakyat, akan menentukan masa depan Negeri Panda itu di bawah kepemimpinan baru.
Sebagai bagian dari peralihan kepemimpinan, Hu Jintao akan mundur dari sekretaris jenderal partai itu -jabatan puncak partai tersebut- dalam kongres itu dan mundur dari jabatan presiden dalam sidang parlemen pada Maret tahun depan, mengakhiri 10 tahun sebagai pemimpin penting Cina. Wakil Presiden Xi Jinping diperkirakan kuat menggantikan Hu dalam dua jabatan itu.
Pada Selasa, dalam pertemuan ketiga presidium Kongres Nasional ke-18 Partai Komunis Cina, yang dipimpin Presiden Cina sekaligus Sekjen PKC Hu Jintao, disepakati nama yang akan duduk dalam Komite Tetap Polit Biro PKC dan Komite Disiplin PKC. Kongres yang dihadiri sekitar 2.500 anggota PKC dari berbagai perwakilan itu akan resmi ditutup pada Rabu (14/11).