REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Presiden Mesir Muhammad Mursi memanggil Duta Besar Israel di Kairo untuk meminta pertanggungjawaban Zionis Israel atas serangan udara ke Jalur Gaza. Pemerintahan Mursi mengutuk dan melayangkan protes keras atas serangan yang terjadi saat Rabu (14/11) tersebut.
Kanal berita Today Zaman mengatakan serangan yang menewaskan salah satu petinggi Hamas kali ini membuat pentolan Ikhwanul Muslimin tersebut berang dan melayangkan protes serius. Kelompok konservatif Mesir mendesak presiden harus mengambil tindakan berani terhadap Zionis Israel serta menagih janji presiden untuk membela faksi pimpinan Perdana Menteri Ismail Haniya tersebut.
Kali ini melalui operasi gabungan yang terencana, militer (IDF) dan satuan intelijen Israel (Shin Bet) melakukan serangan udara di Gaza. Komandan militer faksi Hamas, Ahmed al-Jaabari dikabarkan tewas dalam serangan menggunakan helikopter tersebut. Serangan tersebut juga menyasar enam warga sipil lainnya.
Mursi menyatakan kekecewaannya kepada Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) yang tidak mengambil sikap serta menitahkan perwakilan Mesir di PBB agar meneriakkan dewan darurat atas perkara serangan sepihak kali ini.
Masih dari Kairo, Perwakilan Lebanon untuk Liga Arab, Khaled Zideh mendesak kawanan negara-negara Arab untuk menyatukan suara dan bersikap tegas mengenai eskalasi militer di Gaza. Ia mengatakan, pertemuan mendesak akan segera dihelat dalam pekan ini.
"Kami akan kumpulkan perwakilan negara-negara (Liga Arab) pada Kamis (15/11) atau Sabtu (17/11) untuk pertemuan mendadak. Akan ada pembicaraan mengenai serangan-serangan ini," kata diplomat senior itu, Rabu (14/11).
Dari Riyadh, Menteri Luar Negeri Rusia, Segei Lavrov menyerukan penghentian kekerasan militer di Gaza. Lavrov yang tampil dalam forum menteri luar negeri negara-negara teluk mengatakan pemerintahan di Moskow tidak setuju dengan aksi-aksi sepihak yang dilakukan Zionis Israel. "Serangan-serangan terhadap Gaza harus segera dihentikan," katanya.