REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Pemerintah Myanmar masih melakukan penjagaan ketat di Sittwe, salah satu pusat konflik di negara bagian Rakhine. Karena lokasi masih rawan, maka tidak sembarang orang bisa masuk ke daerah tersebut.
"Masuk Sittwe harus mendapatkan izin dari pemerintah," kata Duta Besar Indonesia di Myanmar, Sebastianus Sumarsono, di Yangon, Kamis (16/11).
Menurut Sebastianus, hal itu sangat wajar diterapkan pemerintah setempat melihat situasi konflik yang terjadi. Karena itu, ia mengatakan, ada prosedur tertentu yang harus dilalui ketika ingin memasuki ibu kota negara bagian Rakhine itu.
Prosedur perizinan juga berlaku bagi pihak yang akan memberikan bantuan. Menurut Sebastianus, pemerintah Myanmar terbuka akan bantuan dari luar negaranya.
Akan tetapi, pemberi bantuan harus memenuhi prosedur tertentu untuk bisa langsung memberikan bantuan ke Sittwe. "Ada proses yang harus dilewati untuk masuk ke sana," katanya.
Sebastianus mencontohkan pemberi bantuan dari Indonesia. Ia mengatakan, pihak pemberi bantuan harus terlebih dulu mengajukan permintaan izin dan tujuan kedatangan pada Kedutaan Besar Myanmar yang ada di Indonesia.
Surat Izin ini ditembuskan pada Kementerian Luar Negeri Indonesia dan juga Kedutaan Besar Indonesia di Myanmar. "Di sini, kami akan teruskan ke Presiden (Myanmar) dan juga Menteri Urusan Perbatasan, Letnan Jenderal Thein Htay," katanya.
Menurut Sebastianus, prosedur perizinan itu sebaiknya diajukan minimal dua minggu sebelum keberangkatan. Sehingga, ia katakan, pihaknya pun mempunyai waktu untuk mengurus perizinan di Myanmar. Dengan prosedur seperti ini, ia berharap, semua kegiatan pemberi bantuan bisa lebih lancar ketika berada di Sittwe.
Pada Kamis (16/11), giliran Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) yang memberikan bantuan. Baznas memberikan bantuan senilai 20 ribu dolar AS hasil sumbangan dari jamaah Masjid Istiqlal, Jakarta, dan pihak Baznas sendiri. Baznas menitipkan dana itu pada Palang Merah Indonesia dan juga organisasi setempat.
Sebastianus datang untuk mengapresiasi pemberian bantuan ini yang dilakukan di Indonesia International School Yangon. Perwakilan Baznas, Faisal Qosim, berharap bantuan itu bisa tersalurkan ke para korban di Sittwe.
Ia mengatakan, dana itu bisa digunakan untuk membeli barang kebutuhan bagi para korban. Apapun itu bentuknya. "Apa yang menjadi prioritas kebutuhan di sana yang didahulukan," katanya.