REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden AS Barack Obama dan Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan mengadakan pembahasan pada Jumat (16/11) mengenai peningkatan kerusuhan di Jalur Gaza dan Israel, kata Gedung Putih.
Saat menyampaikan keprihatinan mengenai keselamatan warga sipil di kedua pihak, kedua pemimpin tersebut menyerukan diakhirinya kerusuhan, demikian isi pernyataan yang dikeluarkan oleh Gedung Putih.
Obama dan Erdogan sepakat bahwa "berlanjutnya lingkaran kerusuhan membahayakan prospek bagi perdamaian yang langgeng dan bertahan di wilayah itu", kata pernyataan tersebut sebagaimana dilaporkan Xinhua --yang dipantau ANTARA di Jakarta, Sabtu siang. Obama telah "menegaskan komitmen untuk menggolkan sasaran perdamaian di Timur Tengah".
Sebelum percakapan pada Jumat dengan Erdogan, Obama berbicara melalui telepon dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Presiden Mesir Mohamed Moursi pada Rabu (14/11), mengenai kerusuhan yang meningkat di Jalur Gaza.
Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Mark Toner, Kamis (15/11), mengatakan Washington telah meminta Kairo menggunakan pengaruhnya pada rakyat Palestina untuk membantu meredakan kerusuhan.
Pertempuran telah meningkat antara kelompok gerilyawan Palestina dan Israel. Selama tiga hari belakangan, lebih dari 550 roket yang diluncurkan dari Jalur Gaza telah mendarat di wilayah Israel, kebanyakan jatuh di Israel selatan.
Sementara itu, pasukan Israel telah melancarkan serangan udara terhadap sasaran di Jalur Gaza. Para pejabat rumah sakit Palestina mengatakan 23 orang Palestina telah tewas dan lebih dari 250 orang lagi cedera di seluruh Jalur Gaza sejak Rabu.