Ahad 18 Nov 2012 09:43 WIB

Warga Phnom Penh Berkorban Demi KTT

Aparat keamanan berjaga-jaga di area VIP Bandara Phnom Penh, Kamboja, Sabtu (17/11) jelang kedatangan para delegasi KTT ASEAN dan KTT Asia Timur.
Foto: Reuters/Damir Sagolj
Aparat keamanan berjaga-jaga di area VIP Bandara Phnom Penh, Kamboja, Sabtu (17/11) jelang kedatangan para delegasi KTT ASEAN dan KTT Asia Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, PHNOM PENH -- Ibu kota Kamboja, Phnom Penh, tampak cantik saat menjadi tuan rumah KTT ASEAN ke-21 dan KTT Asia Timur ke-7 pada 18-20 November ini. Namun, sebagian warga kota harus berkorban demi citra itu. Pengorbanan terbesar terkait pergerakan mereka.

Wartawan Republika, Arys Hilman, melaporkan dari Phnom Penh bahwa sejumlah jalan ditutup untuk melancarkan arus kendaraan rombongan para kepala negara. Ini tidak sekali-dua kali. Maklum, ada belasan kepala negara yang hadir. Selain dari 10 negara anggota ASEAN, juga hadir kepala pemerintahan Cina, Rusia, Jepang, Korea Selatan, dan Amerika Serikat.  Sekjen PBB Ban Ki-moon juga tercatat sebagai tamu negara.

Jalan-jalan protokol lengang saat rombongan lewat. Namun, di ujung-ujung jalan lainnya yang ditutup, kendaraan warga terutama sepeda motor menyemut. 

Phnom Penh berpenduduk sekitar 2,2 juta jiwa. Sementara, penduduk Kamboja berkisar 14,5 juta jiwa. Mayoritas beretnis Khmer (90 persen). Sisanya Vietnam dan Cina.

Pemerintah kota Phnom Penh juga telah melakukan razia terhadap pengemis dan anak-anak jalanan awal November lalu mengirim mereka ke pusat urusan sosial Prey Speu. Mereka akan berada di gedung lembaga yang berbenteng setinggi dua meter itu sepanjang pelaksanaan KTT.  Pemerintah kota melakukan razia dengan alasan demi keamanan.

Aparat keamanan setempat juga menahan delapan warga kota dengan tuduhan mengganggu pelaksanaan KTT. Kedelapan warga itu telah memasang foto Presiden AS Barack Obama berukuran besar di atap rumah. Obama akan tiba pada Senin (19/11).

Masalah bagi pemerintah kota Phnom Penh bukan karena foto Obama, melainkan tulisan ‘SOS’ pada foto itu. Sebagaimana dikutip Phnom Penh Post, kedelapan warga tersebut berusaha mencuri perhatian karena rumah mereka digusur demi kepentingan pembangunan pagar bandara. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement