Senin 19 Nov 2012 00:19 WIB

Kunjungan Obama, Cabut Sanksi Myanmar

Rep: Bambang Noroyono/ Red: Dewi Mardiani
Presiden AS Barack Obama.
Foto: AP Photo/Chris Carlson
Presiden AS Barack Obama.

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Presiden Barack Obama mengunjungi Myanmar. Ini adalah kunjungan pertama kalinya seorang Presiden Amerika Serikat (AS) ke negara bekas junta militer itu. Internasional meyakini besukan presiden yang baru terpilih kembali ini, adalah akhir segala hukuman Paman Sam kepada negara tersebut.

Obama akan terbang dengan pesawat biru Air Force One dari langit Bangkok menuju Bandara di Yangon. Dikabarkan Menteri Luar Negeri Hillary Rodham Clinton ikut dalam rombongan. Staf Gedung Putih menjadwalkan presiden memberikan pidato publik di Aula Universitas Yangon, Senin (19/11) waktu setempat.

Tentu delegasi juga bertemu dengan Presiden Myanmar U Thein Sein, dan tokoh oposisi setempat, Aung San Suu Kyi. Keduanya mengunjungi Washington bulan lalu sebagai tanda pemulihan hubungan bilateral kedua negara. Obama akan terbang lagi menuju Phnom Phen, Kamboja untuk Konfrensi Tingkat Tinggi (KTT) Negara Asia Tenggara, bersama Negara Asia Timur, Selasa (20/11). 

"Ini adalah cara yang jelas untuk rakyat di Myanmar, tentang langkah ke depan AS dalam mendukung kemajuan demokrasi negara tersebut," kata Penasehat kemanan Nasional, Tom Donilon, seperti dilansir CNN News, Sabtu (17/11).

Hubungan Washington dan Naypyidaw tidak pernah baik. Rangkaian kekerasan dan tertutupnya pemerintahan junta militer Myanmar, membuat AS memberikan sanksi berat bagi negara ini. Ditambah lagi kedekatan junta dengan Cina dan Korea Utara, membuat Paman Sam memilih mengisolasi negara tersebut.

Xin Hua mengatakan sanksi terberat bagi Myanmar adalah saat kegentingan Asia Tenggara pada 1997. AS memperlebar sangsi bagi Myanmar dengan melarang semua barang impor dari junta ke AS. Aset dan keuangan negara tersebut dibekukan di semua lembaga perbankan AS. Tidak cukup, Gedung Putih membekuan visa bagi pejabat pemerintahan Myanmar.

Keduanya mulai akur saat U Thein Sein menjabat sebagai presiden pada Maret 2011. Jenderal Sein memang dari kelas militer, namun dia memilih untuk melakukan reformasi politik dengan ikut dalam gerbong negara penegak hak asasi dan demokrasi seperti tetangganya di ASEAN.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement